This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, November 04, 2015

AKU dan WAHDATUL WUJUD


Wihdatul wujud merupakan sebuah konsep spiritual yang paling menggegarkan dunia Islam semenjak itu pertama kali dicetuskan oleh seorang sufi Persia (Iraq), al-Hallaj. Dari istilahnya, Wihdatul Wujud dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang meniscayakan penyatuan antara hamba dengan Tuhan. Hal ini merupakan gagasan yang sangat "berbahaya", konon merupakan kesesatan paling besar yang pernah dihadapi oleh para ahli fiqh.

Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada yang mengerti apa sebenarnya Wihdatul Wujud itu sendiri. Para sarjana Islam dan barat sudah mengemukakan berbagai hasil penelitian mengenai hal tersebut, akan tetapi apakah Wihdatul Wujud itu bisa dijustifikasi dengan logika?

Sementara penemunya sendiri menemukannya sebagai sebuah pengalaman spiritual? Ini merupakan sebuah kenyataan yang aneh. Buku yang sedang anda baca ini akan mengungkap hakikat Wihdatul Wujud yang sebenarnya. Anda jangan mengira anda sudah cukup memahami Wihdatul Wujud sehingga anda menolaknya; saya akan dengan segera menggengam pikiran anda dan mengajaknya jalan-jalan di sepanjang jalan spiritual untuk menemukan kebenaran sejati.

Ini bukan sekedar bacaan saja, anda akan saya ajak mengembara ke alam kesadaran spiritual, untuk menemukan sebuah alasan bagi anda untuk mengakui bahwa Wihdatul Wujud merupakan tujuan anda diciptakan dimuka bumi ini.

Jejak Wihdatul Wujud: Dari al-Hallaj hingga Syekh Siti Jenar Al-Hallaj

Nama lengkapnya adalah Abu al-Mughits al-Husain ibn Manshur ibn Muhammad al-Badawi. Beliau lahir di kota Thur, sebelah timur laut Baida, Persia atau sekarang dikenal dengan Iraq. Terlahir pada sekitar tahun 244 H (857 M) dan meninggal pada tahun 309 H (922 M).

Seorang guru, sufi, yang sangat mashyur di zamannya, yaitu saat al-Hallaj berumur kurang lebih 20 tahun, adalah syeikh Amral al-Maliki. Dari Syekh ini al-Hallaj mulai mempelajari tasawuf.

Beberapa tahun berguru pada syekh al-Maliki, al-Hallaj memilih untuk melanjutkan penuntutannya kepada syekh selanjutnya, yaitu syekh al-Junaid al-Baghdadi. Dari syekh al-Maliki, al-Hallaj mengenal tasawuf dan zuhud dan kemudian melaksanakan kehidupan zuhud yang sesungguhnya, namun pemikiran politik yang berbeda antara al- Hallaj dan syekh al-Maliki membuat mereka harus berpisah. Yang memotivasi al-Hallaj hingga menemui syekh al-Baghdadi di Baghdad adalah rasa kehampaan selama melaksanakan zuhud, al-Hallaj merasakan bahwa ada sesuatu yang belum dia temukan dan wajib untuk dicari. Melalu syekh al-Baghdadi, al-Hallaj menemukan jalan untuk melepaskan dahaga rohaninya, al-Baghdadi menyuruhnya untuk menunaikan ibadah haji.

Disaat melaksanakan ibadah haji, al-Hallaj menemukan sebuah ilham, bukan inspirasi, yang membawanya pada kesadaran "penyatuan" antara dia dan Allah. Ilham itu sudah tentunya merupakan privasi yang tak tersentuh oleh orang yang tidak mengalaminya. Intisari dari ilham yang dia temukan itulah yang disebut Wihdatul Wujud, untuk pertama kalinya.

Dengan kata lain, Wihdatul Wujud lahir pertama kali di Tanah Suci, di saat al-Hallaj menunaikan ibadah haji.

Sepulang dari ibadah haji, al-Hallaj mengemukakan pengalaman spiritualnya, dalam sebuah konsep yang disebut dengan Hulul. Hulul artinya bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri manusia ketika manusia itu mengalami Fana', sebuah proses peleburan indrawi basyariyah. Tanpa
pemahaman apa-apa tentang hal ini, tanpa diskusi, golongan Mu'tazilah dan Syi'ah kemudian menggelar klaim akbar bahwa al-Hallaj telah menyebarkan kesesatan terhadap umat Islam, khususnya tentang ketauhidan.

Apa yang disampaikan oleh al-Hallaj merupakan apa yang dia ilhami dari proses tafakkurnya. Dan apa yang ditentang oleh kaum Mu'tazilah dan Syi'ah adalah bahwa tidak benar Tuhan menempati diri manusia; tentu saja, jika manusia masih dengan kesadarannya sebagai manusia, dan terutama karena mereka belum paham apa yang dimaksud oleh al-Hallaj. Lagipula, menurut beberapa literatur, semua ini hanyalah sebuah alasan untuk mengeliminasi al-Hallaj dari konstelasi politik saat itu. Al-Hallaj dicurigai dan dituduh bersekongkol dengan sekelompok orang dalam upaya mengkudeta pemerintah.

Al-Hallaj merupakan pemerhati moral politik, suatu saat ada sekelompok besar masa yang melakukan demonstrasi menuntut adanya reformasi moral politik, dan masa ini mengaku mendapatkan dukungan dari al-Hallaj, dan hal ini menyebabkan al-Hallaj dipenjara selama kurang lebih sembilan tahun. Al-Hallaj, singkat kata, dipenjara karena alasan politik, merongrong tatanan pemerintah yang memang sudah harus ditata ulang, al-Hallaj dianggap narapidana yang paling berbahaya karena berupaya menggulingkan pemerintahan; anehnya, al-Hallaj sebenarnya menghabiskan waktunya untuk zuhud dan berdakwah, dan tidak ada keuntungan baginya untuk menggulingkan kekuasaan siapapun karena dia tidak tergolong orang yang cinta dunia.

Al-Hallaj kemudian dijatuhi hukuman mati, walaupun dari pihak kerajaan sudah meminta ampunan untuk beliau, mengingat jasanya saat mengobati putra mahkota kerajaan. Pada tahun 922 M, al-Hallaj disalib dan dipukuli dengan balok hingga darahnya bercucuran dari kepala. Al-Hallaj dibiarkan separuh mati selama sehari, dan akhirnya al-Hallaj dipenggal.

Ajaran al-Hallaj dikenal dengan kata al-Hulul. Menurut al-Hallaj, diantara hamba dan Tuhan terdapat garis pemisah yang menegaskan hakikat masing-masing. Garis pemisah itu sangat dekat, yaitu yang menyembah dan yang disembah (al-Abid wal Ma'bud). Pada kondisi dimana ingatan hanya tertuju kepada Allah semata, dan menolak selain Allah, termasuk diri sendiri, maka al-Abid pun lenyap, dan tinggallah al-Ma'bud. Kebaqaan al-Ma'bud merupakan konsekuensi dari fana'nya al-Abid.

Pada titik inilah garis pemisah dan pembeda hakikat pun hilang, sehingga pada hakikatnya yang menyembah dan yang disembah adalah satu. Hanya saja, orang tidak memahami bahwa yang dimaksud oleh al-Hallaj adalah bahwa al-Abid melebur masuk kedalam al-Ma'bud, dan bukan al-Ma'bud merasuki tubuh al-Abid. Jika kesadaran al-Abid masih dhahir, maka tidak fana'lah dia, dan jika fana' maka al-Ma'bud lah yang dhahir dan al-Abid menjadi batin atau rahasia yang tersembunyi dibalik
kebesaran Allah Swt.

Ibnu Arabi

Ibnu Arabi merupakan salah seorang sufi termasyhur dizamannya, di Andalusia (Spanyol). Beliau lahir di kota Mursiyah pada tahun 560 H (1165 M) dan meninggal pada tahun 1240 M. Nama aslinya adalah Abu Bakr Muhammad bin Ali, dan panggilan akrabnya adalah Ibnu Arabi.

Hasil pencarian jati diri dan pengalaman mistiknya menyimpulkan sebuah kesadaran spiritual, yang kelak mendapatkan tantangan keras sebagaimana yang dialami oleh al-Hallaj, yakni tidak ada yang maujud selain Allah. Ibnu Arabi menegaskan bahwa Allah adalah kenyataan dari segala sesuatu.

Hal ini kemudian ditafsirkan sebagai kekeliruan mistik, padahal yang
dimaksud dengan "Allah adalah kenyataan dari segala sesuatu" adalah bahwa Allah yang menjadikan segala sesuatu itu nyata, sehingga Allah-lah kenyataan mutlak yang harus dipahami.

Perumpamaan yang bisa diambil dari Wihdatul Wujud Ibnu Arabi adalah bahwa segala sesuatu ini dapat terindrai karena cahaya dan udara, cahaya membuat segala sesuatu terlihat dan udara membuat segala sesuatu terdengar. Kita akan menolak bahwa cahaya dan udara merupakan kenyataan mutlak, namun kita tidak menolak bahwa keberadaan cahaya dan suara untuk "menyatakan" segala sesuatu adalah mutlak sifatnya. Begitu juga dengan Allah Swt, sudah barang tentu Allah Maha Nyata (Ad-Dhahir), mana kala keberadaanNya membuat nyata segala sesuatu (termasuk diri anda) maka apakah anda keberatan untuk menerima pandangan Ibnu Arabi di atas?

Titik Wihdatul Wujud Ibnu Arabi terletak pada kemesraan Allah dan segala eksistensi yang ada di dunia ini. Hanya saja saya perlu meluruskan pandangan anda tentang hal ini, bahwa yang dimaksud dengan "tidak ada yang maujud kecuali ujud Allah" adalah bahwa Ujud Allah merupakan kemutlakan yang wajib untuk menyatakan segala yang maujud. Jika Allah tidak ada, maka kita tidak ada. Untuk mengatakan bahwa pepohonan merupakan Ujud Allah itu sangat naif, kesadaran spiritual tidak demikian, tetapi sesungguhnya yang membuat pepohonan itu berwujud adalah adanya eksistensi Allah, sekaligus eksistensi kita yang mengamati dan menyaksikan kenyataan pepohonan tersebut.

Ini bukanlah spekulasi filsafati, ini merupakan misal-misal bagi anda yang suka salah paham dan salah tuduh. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan misal tentang kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang berpikir.

Tidak benar bahwa Ibnu Arabi menemukan bahwa "wujud selain Allah adalah wujud bayangan", karena sesungguhnya dengan Ujud Allah maka wujud selainnya menjadi berwujud, berkesistensi. Bukankah segala sesuatu berasal dari kehendakNya? Sehingga yang ada itu hanya berasal dari kehendak dan kehendak berasal dari yang Berkehendak. Jika kita hanya wujud bayangan, maka tidak dikenakan hukum apapun, karena bayangan hanya mengikuti gerak Ujud Allah. Tetapi Wujud merupakan kenyataan Ujud. Alam semesta, termasuk manusia, merupakan kenyataan Ujud Allah; dengan kata lain, Wujud selain Allah merupakan bukti nyata Ujud Allah.

Ada pergerakan pemahaman Wihdatul Wujud antara al-Hallaj dan Ibnu Arabi, jika al-Hallaj menemukan bahwa Allah mengambil tempat pada diri manusia ketika manusia tersebut fana', maka Ibnu Arabi menemukan bahwa bukan hanya manusia, tetapi alam semesta. Namun Ibnu Arabi menegaskan pada aspek "kenyataan" dan bukan aspek "penempatan" sebagaimana Hululnya al-Hallaj. Al-Hallaj menegaskan kesadaran spiritual internal,yaitu kesadaran seorang hamba dalam keadaan fana bahwa Allah adalah satu-satunya Ujud; sedangkan Ibnu Arabi menegaskan bahwa Ujud Allah merupakan kenyataan mutlak bagi Wujud selain Allah.

Abu Yazid al-Busthami

Nama beliau adalah Abu Yazid Taifur ibn Isa al-Bustami. Beliau dilahirkan di Bistam, Persia (Iraq) pada tahun 804 M. Menurut beberapa literatur, Abu Yazid merupakan pencetus pertama konsep fana' dan baqa'. Salah satu teorinya adalah al-Ittihad. Abu Yazid berguru kepada salah seorang Syekh yang bernama Syekh Shaddiq yang mengajarkan beliau prinsip-prinsip dasar tasawuf.

Dari Syekh Shaddiq, Abu Yazid mempelajari bahwa syariat dan hakikat merupakan pasangan yang tak terpisah antara satu dan yang lain; begitupula sebaliknya, syariat dan hakikat.

Persoalan fana dan baqa akan saya paparkan pada bagian kemudian secara gamblang. Ittihad, sebagaimana Hulul-nya al-Hallaj, merupakan kesadaran spiritual "bersatunya" hakikat Allah dan hakikat hamba dalam proses fana. Bahkan, penyatuan yang dimaksud bukanlah pernyatuan rohani, apalagi jasmani.

Penyatuan yang dimaksud adalah peleburan hakikat hamba kepada hakikat Allah, laksana setetes air laut terjatuh ke dalam samudra; atau dengan kacamata Ibnu Arabi kenyataan hamba yang hanya merupakan titik melebur pada kenyataan Allah yang "menyamudra."

Pandangan Abu Yazid ini dianggap menyesatkan, karena meniscayakan adanya penyatuan Allah dan hamba. Ini dianggap sebagai degradasi derajat Allah yang maha Mulia; menganggap Allah sederajat dengan hamba merupakan pelecehan terhadap Allah. Disinilah kesalah tafsiran para ulama pada saat itu (hingga saat ini). Yang dimaksud dengan Hulul dan Ittihad bukanlah menyamakan derajat Allah dan hamba, melainkan justru meniadakan hamba sehingga yang ada hanyalah Allah semata. Diri sendiri merupakan sesuatu yang bisa menghalangi kita sampai kepada Allah, sehingga untuk menyatakan Ujud Allah, maka Wujud diri harus melebur, atau disebut dengan fana.

Syekh Siti Jenar

Biografi Syekh Siti Jenar masih merupakan kontroversi hingga saat ini, bahkan ada atau tidaknya beliau masih merupakan misteri. Sebuah literatur menyebutkan bahwa beliau terlahir pada tahun 1426 M di Cirebon dan meninggal pada tahun 1517 M. Bapak beliau bernama Syekh Datuk Shaleh dan beliau masih tergolong keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib KW.

Syekh Siti Jenar memiliki sejumlah nama (sebutan), beliau hampir memiliki satu nama di setiap tempat di mana beliau menjalankan dakwahnya. Nama yang sangat jelas, selain Siti Jenar, adalah Syekh Abdul Jalil dan Syekh Lemah Abang.

Syekh Siti Jenar tumbuh remaja di sebuah Padepokan Giri Amparan Jati, milik paman beliau. Padepokan ini berada di atas Gunung Jati. Dapa usia 15 tahun, Syekh Siti Jenar berhasrat untuk "turun gunung" untuk melihat keadaan luar. Disinilah perjalanan spiritual Syekh Siti Jenar dimulai.

Syekh Siti Jenar berangkat ke Baghdad (Iraq) untuk memperdalam wawasan agama Islamnya. Dia berkenalan dengan seorang sufi masyhur, yang kemudian menjadi gurunya mengenai tasawuf, yakni Syekh Ahmad Tawalud.

Syekh Ahmad memiliki puluhan kitab ma'rifat yang merupakan peninggalan Syekh Abdul Mubdi al-Baghdadi.

Syekh Siti Jenar diperbolehkan untuk tinggal di rumah Syekh Ahmad, dan dari sekian banyak kitab ma'rifat yang ada di rumah itu, beberapa diantaranya adalah kitab milik al-Hallaj, yang dipelajari secara sangat hati-hati oleh Syekh Siti Jenar. Bukan hanya itu, kitab-kitab Ibnu Arabi dan al-Ghazali juga dipelajari sama hati-hatinya.

Syekh Siti Jenar juga melaksanakan perjalanan penuntutan di India, dan
kembali ke Cerebon pada tahun 1463 M. Syekh Siti Jenar menjadikan Wihdatul Wujud sebagai pedomannya, namun sama sekali bukan sebuah keputusan yang benar bahwa beliau menistakan syariat. Kembalinya dia ke Cirebon membawa dia kepada suatu posisi dalam konstelasi Wali Songo, beliau menjadi salah satu penyebar agama Islam di Jawa, di Indonesia.

Sebagai salah satu anggota penyebar Islam, Syekh Siti Jenar dipercayakan untuk mengajarkan Syahadat (Persaksian). Pemikiran Syekh Siti jenar yang didominasi oleh hakikat itu kemudian membawanya kepada sebuah kesadaran musyahadah tertinggi, yang dia sebut Manunggaling Kawula lan Gusti. Beliau kemudian mengajarkan Manunggaling Kawula lan Gusti kepada para santrinya yang menurut Sunan Kalijaga belum cukup pegetahuan Syariatnya.

Syekh Siti Jenar juga pernah mempelajari hakikat dari Sunan Giri dan Sunan Bonang, tetapi ini masih misteri. Ada sebuah mitos menarik, yakni Syekh Siti Jenar "mencuri" ilmu Sunan Giri dengan berubah wujud menjadi cacing tanah. Para pencerita mitos ini mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar menguasai ilmu kanuragan, termasuk ilmu merubah wujud.

Tetapi bagi saya tidak demikian, Syekh Siti Jenar tidak mempelajari kanuragan, karena kanuragan itu hanya dipelajari oleh orang Buddha pada saat itu, sedangkan Syekh Siti Jenar lahir dalam keluarga Islam yang fanatik. Lagi pula, Syekh Siti Jenar memiliki guru para sufi tersohor di Iraq dan India, dan mempelajari kitab langsung dari para sufi-sufi salafusshalih.

Manunggaling kawula lan gusti merupakan "penjawaan" Hulul dan Ittihad. Istilahnya diubah ke dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami oleh masyarakat. Bisa dikatakan bahwa Wihdatul Wujud telah mendarah daging pada Syekh Siti Jenar, dan itulah kebenaran yang beliau temukan.

Syekh Siti Jenar mengajarkan kepada para santrinya bagaimana cara untuk bersaksi, yaitu harus menyaksikan agar tidak terjadi persaksian palsu. Ini yang tidak diajarkan oleh para wali yang lain paa saat itu; dan tugas ini bukanlah tugas yang mudah.

Syekh Siti Jenar menjelaskan bahwa kenyataan manusia itu mesra dengan kenyataan Allah, sehingga Allah senantiasa mengawasi dan senantiasa dekat, bahkan lebih dekat dengan urat nadi; demikian Syekh Siti Jenar mengutip ayat al-Qur'an. Akan tetapi Syekh Siti Jenar tidak serta merta memberikan penjelasan bagaimana mengalami hal tersebut, karena Syekh Siti Jenar tahu betul bahwa santrinya masih pemula.

Ajaran Syekh Siti Jenar memang sangat kental dengan hakikat dan tasawuf yang pada saat itu bisa dibilang baru, karena para wali, meskipun menguasai hal yang sama, tetapi sama sekali tidak mengajarkan hal tersebut. Ini bisa dimaklumi, karena tugas yang diemban berbeda-beda. Apa yang harus diajarkan lagi jika tugas yang diemban adalah mengajarkan Syahadat? Sebuah Hadits menyebutkan bahwa "Awal dari Agama adalah mengenal Allah." Dan ini merupakan titik tolak Syekh Siti Jenar, bahwa jika mereka tidak ma'rifat maka mereka sebenarnya tidak menyembah Allah, melainkan menyembah budi semata.

Menyadari hal ini, Syekh Siti Jenar kemudian mengajarkan kepada para santrinya tentang hakikat ketuhanan, baik dari sumber-sumber yang dipelajarinya, maupun dari hasil perjalanan spiritualnya. Ini diklaim oleh para wali dan pemerintah setempat sebagai upaya penyesatan, namun sekali lagi, ini tidak benar. Sunan Kalijaga sendiri memahami apa yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar, hanya saja Sunan Kalijaga keberatan jika manunggaling Kawula lan Gusti diwejang kepada para santri yang masuh "bodoh" itu.

Syekh Siti Jenar menolak apa yang disebut-sebut oleh para wali sebagai "sesat" itu. Karena dia tahu benar bahwa apa yang dia ajarkan itu penting, demi benarnya arah peribadatan para santri. Lucunya, apa yang dialami oleh al-Hallaj kembali terulang, dengan alasan politik, Syekh Siti Jenar akhirnya dihukum penggal. Misteri kematiannya juga sampai saat ini belum terungkap dengan jelas.

Para pejabat kerajaan Demak Bintoro menjadi gelisah, mereka khawatir jika ajaran Syekh Siti Jenar ini menimbulkan pemberontakan terhadap pemerintah. Salah satu murid Syekh Siti jenar adalah Ki Ageng Pengging yang merupakan anak istana Majapahit yang pada saat itu berstatus sederajat dengan Raden Patah. Pemerintah khawatir jika terjadi bentrokan antara aden Patah dan Ki Ageng Pengging. Raden Patah pernah memanggil Ki Ageng Pengging untuk menghadap demi klarifikasi ajaran Manunggaling Kawula lan Gusti, namun Ki Ageng Pengging menolaknya, karenanya raden Patah dan para Wali menyepakati untuk menyeret Syekh Siti Jenar di Sidang perwalian.

Mereka mengutus Syekh Domba dan pangeran Bayat, tetapi setelah melewati debat yang ketat dengan Syekh Siti Jenar, Syekh Domba malah menjadi murid Syekh Siti Jenar. Akhirnya, para Wali sendiri datangi Syekh Siti Jenar dan menghukumi Syekh Siti Jenar, dengan alasan tidak mematuhi sultan demak pada saat itu. Belum lagi mereka mengeksekusi Syekh Siti Jenar, beliau telah melepas diri dengan "jalan kematian" beliau sendiri, dan kemudian diikuti oleh beberapa santri yang telah menguasai ilmu tersebut.

Demikianlah perjalanan Wihdatul Wujud sejak al-Hallaj hingga Syekh Siti Jenar, yang sampai saat ini mendapatkan tudingan sesat, kafir, zindiq, murtad, dan sebagainya. Melalui risalah "Aku dan Wihdatul Wujud" ini, anda akan menemukan jalan yang telah ditemukan oleh al-Hallaj, Ibnu Arabi, Abu Yazid al-Butshami, Syekh Siti Jenar, dan saya sendiri.

Upaya yang saya lakukan ini bukan semata-mata untuk menantang balik tudingan-tudingan tesebut, tetapi juga untuk memurnikan Wihdatul Wujud, dan mengenang para Sufi termasyhur sepanjang sejarah, yang dituding-tuding seperti dan dilaknat seperti Fir'aun. Saya masih tidak mengerti, mengapa para ulama di dunia ini hampir tidak bisa membedakan Fir'aun dengan para Sufi.

Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat itu SATU


Syariat bisa diibaratkan sebagai jasmani/badan tempat ruh berada sementara hakikat ibarat ruh yang menggerakkan badan, keduanya sangat berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan. Badan memerlukan ruh untuk hidup sementara ruh memerlukan badan agar memiliki wadah.

Saidi Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi guru Mursyid dari Ayahanda Prof. Dr. Saidi Syekh Kadirun Yahya MA. M.Sc mengibaratkan syariat laksana baju sedangkan hakikat ibarat badan. Dalam beberapa pantun yang Beliau ciptakan tersirat pesan-pesan tentang pentingnya merawat tubuh sebagai perhatian utama sedangkan merawat baju juga tidak boleh dilupakan.

Imam Malik mengatakan bahwa seorang mukmin sejati adalah orang yang mengamalkan syariat dan hakikat secara bersamaan tanpa meninggalkan salah satunya. Ada adagium cukup terkenal, “Hakikat tanpa syariat adalah kepalsuan, sedang syariat tanpa hakikat adalah sia-sia.” Imam Malik berkata, “Barangsiapa bersyariat tanpa berhakikat, niscaya ia akan menjadi fasik. Sedang yang berhakikat tanpa bersyariat, niscaya ia akan menjadi zindik.Barangsiapa menghimpun keduanya [syariat dan hakikat], ia benar-benar telah berhakikat.”

Syariat adalah hukum-hukum atau aturan-aturan dari Allah yang disampaikan oleh Nabi untuk dijadikan pedoman kepada manusia, baik aturan ibadah maupun yang lainnya. Apa yang tertulis dalam Al-Qur’an hanya berupa pokok ajaran dan bersifat universal, karenanya Nabi yang merupakan orang paling dekat dengan Allah dan paling memahami Al-Qur’an menjelaskan aturan pokok tersebut lewat ucapan dan tindakan Beliau, para sahabat menjadikan sebagai pedoman kedua yang dikenal sebagai hadist. Ucapan Nabi bernilai tinggi dan masih sarat dengan simbol-simbol yang memerlukan keahlian untuk menafsirkannya.

Para sahabat sebagai orang-orang pilihan yang dekat dengan nabi merupakan orang yang paling memahami nabi, mereka paling mengerti akan ucapan Nabi karena memang hidup sezaman dengan nabi. Penafsiran dari para sahabat itulah kemudian diterjemahkan dalam bentuk hukum-hukum oleh generasi selanjutnya. Para ulama sebagai pewaris ilmu Nabi melakukan ijtihad, menggali sumber utama hukum Islam kemudian menterjemahkan sesuai dengan perkembangan zaman saat itu, maka lahirlah cabang-cabang ilmu yang digunakan sampai generasi sekarang. Sumber hukum Islam itu kemudian dikenal memiliki 4 pilar yaitu : Al-Qur’an, Hadist, Ijmak dan Qiyas, itulah yang kita kenal dengan syariat Islam.

Untuk melaksanakan Syariat Islam terutama bidang ibadah harus dengan metode yang tepat sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan apa yang dilakukan Rasulullah SAW sehingga hasilnya akan sama. Sebagai contoh sederhana, Allah memerintahkan kita untuk shalat, kemudian Nabi melaksanakannya, para sahabat mengikuti. Nabi mengatakan, “Shalatlah kalian seperti aku shalat”. Tata cara shalat Nabi yang disaksikan oleh sahabat dan juga dilaksanakan oleh sahabat kemudian dijadikan aturan oleh Ulama, maka kita kenal sebagai rukun shalat yang 13 perkara. Kalau hanya sekedar shalat maka aturan 13 itu bisa menjadi pedoman untuk seluruh ummat Islam agar shalatnya standar sesuai dengan shalat Nabi. Akan tetapi, dalam rukun shalat tidak diajarkan cara supaya khusyuk dan supaya bisa mencapai tahap makrifat dimana hamba bisa memandang wajah Allah SWT.

Ketika memulai shalat dengan “Wajjahtu waj-hiya lillaa-dzii fatharas-samaawaati wal-ardho haniifam-muslimaw- wamaa ana minal-musy-rikiin..” Kuhadapkan wajahku kepada wajah-Nya Zat yang menciptakan langit dan bumi, dengan keadaan lurus dan berserah diri, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang musyrik. Seharusnya seorang hamba sudah menemukan chanel atau gelombang kepada Tuhan, menemukan wajahnya yang Maha Agung, sehingga kita tidak termasuk orang musyrik menyekutukan Tuhan. Kita dengan mudah menuduh musyrik kepada orang lain, tanpa sadar kita hanya mengenal nama Tuhan saja sementara yang hadir dalam shalat wajah-wajah lain selain Dia. Kalau wajah-Nya sudah ditemukan di awal shalat maka ketika sampai kepada bacaan Al-Fatihah, disana benar-benar terjadi dialog yang sangat akrab antara hamba dengan Tuhannya.

Syariat tidak mengajarkan hal-hal seperti itu karena syariat hanya berupa hukum atau aturan. Untuk bisa melaksanakan syariat dengan benar, ruh ibadah itu hidup, diperlukan metodologi pelaksanaan teknisnya yang dikenal dengan Tariqatullah jalan kepada Allah yang kemudian disebut dengan Tarekat. Jadi Tarekat itu pada awalnya bukan perkumpulan orang-orang mengamalkan zikir. Nama Tarekat diambil dari sebuah istilah di zaman Nabi yaitu Tariqatussiriah yang bermakna Jalan Rahasia atau Amalan Rahasia untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Munculnya perkumpulan Tarekat dikemudian hari adalah untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar orang-orang dalam ibadah lebih teratur, tertib dan terorganisir seperti nasehat Syaidina Ali bin Abi Thalib kw, “Kejahatan yang terorganisir akan bisa mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”.

Kalau ajaran-ajaran agama yang kita kenal dengan syariat itu tidak dilaksanakan dengan metode yang benar (Thariqatullah) maka ibadah akan menjadi kosong hanya sekedar memenuhi kewajiban agama saja. Shalat hanya mengikuti rukun-rukun dengan gerak kosong belaka, badan bergerak mengikuti gerakan shalat namun hati berkelana kemana-mana. Sepanjang shalat akan muncul berjuta khayalan karena ruh masih di alam dunia belum sampai ke alam Rabbani.

Ibadah haji yang merupakan puncak ibadah, diundang oleh Maha Raja Dunia Akhirat, seharusnya disana berjumpa dengan yang mengundang yaitu Pemilik Ka’bah, pemilik dunia akhirat, Tuhan seru sekalian alam, tapi yang terjadi yang dijumpai disana hanya berupa dinding dinding batu yang ditutupi kain hitam. Pada saat wukuf di arafah itu adalah proses menunggu, menunggu Dia yang dirindui oleh sekalian hamba untuk hadir dalam kekosongan jiwa manusia, namun yang ditunggu tak pernah muncul.

Disini sebenarnya letak kesilapan kaum muslim diseluruh dunia, terlalu disibukkan aturan syariat dan lupa akan ilmu untuk melaksanakan syariat itu dengan benar yaitu Tarekat. Ketika ilmu tarekat dilupakan bahkan sebagian orang bodoh menganggap ilmu warisan nabi ini sebagai bid’ah maka pelaksanaan ibadah menjadi kacau balau. Badan seolah-olah khusuk beribadah sementara hatinya lalai, menari-nari di alam duniawi dan yang didapat dari shalat itu bukan pahala tapi ancaman Neraka Wail. Harus di ingat bawah “Lalai” yang di maksud disana bukan sekedar tidak tepat waktu tapi hati sepanjang ibadah tidak mengingat Allah. Bagaimana mungkin dalam shalat bisa mengingat Allah kalau diluar shalat tidak di latih ber-Dzikir (mengingat) Allah? dan bagaimana mungkin seorang bisa berdzikir kalau jiwanya belum disucikan? Urutan latihannya sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al ‘Ala, “Beruntunglah orang yang telah disucikan jiwanya/ruhnya, kemudian dia berdzikir menyebut nama Tuhan dan kemudian menegakkan shalat”.

Kesimpulan dari tulisan singkat ini bahwa sebenarnya tidak ada pemisahan antara ke empat ilmu yaitu Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat, ke empatnya adalah SATU. Iman dan Islam bisa dijelaskan dengan ilmu syariat sedangkan maqam Ihsan hanya bisa ditempuh lewat ilmu Tarekat. Ketika kita telah mencapai tahap Makrifat maka dari sana kita bisa memandang dengan jelas bahwa ke empat ilmu tersebut tidak terpisah tapi SATU.

Pertanyaan Malaikat


Sewaktu saya kecil ketika umur 6 tahun saat mengaji saya banyak dapat pelajaran tentang Agama dan yang paling menarik adalah tentang pertanyaan malaikat munkar nankir sang penjaga kubur. “Malaikat menanyakan kepada kita, barangsiapa yang bisa jawab maka dia dapat nikmat dan barangsiapa tidak bisa jawab akan dicambuk oleh malaikat” demikian guru mengaji saya mengingatkan dan membuat kami semua ketakutan. Saya sangat serius menghapal pertanyaan yang bakal ditanyakan malaikat kelak kalau sudah meninggal dan kunci jawabannya. Saya masih ingat pertanyaan dan jawaban yang diajarkan ketika saya mengaji waktu kecil :

Tanya : Man Rabbuka? Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.

Tanya : Man Nabiyyuka? Jawab : Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku

Tanya : Ma Dinuka? Jawab : Al-Islamu dini.

Tanya : Man Imamuka? Jawab : Al-Qur’an Imami.

Tanya : Aina Qiblatuka? Jawab : Al-Ka’batu Qiblati.

Tanya : Man Ikhwanuka? Jawab : Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani.


Saya sangat serius menghapalnya, pertanyaan dan jawaban dalam bahasa Arab karena saya diajarkan bahwa malaikat nanti bertanya dalam bahasa Arab. Setelah hapal, saya benar-benar senang, akhirnya saya bisa jawab pertanyaan-pertanyaan malaikat nanti, Alhamdulillah.

Waktu berlalu, sejak kelas 4 SD, saya selalu shalat berjamaah di mesjid, saya masih ingat, di mesjid tersebut tiap selesai shalat magrib selalu ada ceramah sampai shalat Isya. Mulai senin sampai minggu, dengan materi yang berbeda-beda. Malam favorit saya adalah sabtu, karena malam itu ada kisah para Nabi, sahabat dan orang-orang shaleh. Dari ceramah yang saya dengar, ternyata untuk menjawab pertanyaan malaikat tidak cukup dengan menghapal karena nanti di alam kubur, mulut tidak lagi bisa berbicara, yang menjawabnya adalah amal perbuatan kita. Setelah mendengar penjelasan dari penceramah tersebut, saya tambah rajin beribadah sampai dengan remaja.

Saya berkesimpulan kalau memang yang menjawab nanti adalah amal perbuatan, berarti kita tidak perlu menghapal seperti yang saya lakukan ketika umur 6 tahun, fokus kepada menjaga shalat, puasa dan berbhakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama pasti nanti kita bisa jawab pertanyaan malaikat.

Saya yakin anda juga mengalami pengalaman yang serupa dengan saya, awalnya kita menghapal sampai kemudian timbul kesadaran lain kerena informasi yang kita terima berbeda. Ketika saya menekuni tarekat maka pemahaman saya pun berubah, barulah saya bisa menemukan ilmiah nya, bagaimana amal perbuatan bisa menjawab pertanyaan malaikat. Guru saya cerita begini, “Yang kembali kepada Allah itu bukan jasmani tapi rohani makanya rohani manusia harus diajarkan cara menyebut nama Allah selagi masih hidup di dunia”.

“Kecerdasan akal fikiran tidak bisa diandalkan ketika berada di alam kubur, jangankan di alam kubur, ketika tidur saja manusia tidak sadar sama sekali, anak SD dengan professor ketika tidur sama-sama bodoh, kalau kita tanyakan sebuah pertanyaan pasti tidak bisa dijawab, konon lagi sesudah mati” Begitu Guru saya menjelaskan. Penjelasan itu menjadi bahan renungan saya, bahwa antara jasmani dan rohani itu benar-benar beda, pelajaran agama yang begitu banyak saya dapatkan sejak umur 6 tahun ternyata hanya menyentuh jasmana saja, tidak kepada rohani.

Guru saya melanjutkan, “Jasmani diajarkan oleh jamasni, diajarkan oleh Guru jasmani, itulah fungsi Guru agama atau ustad, mereka mengajarkan ummat tentang Islam kepada jasmani manusia, sedangkan untuk mengajarkan rohani kita tidak bisa dengan jasmani tapi harus dengan rohani, dalam hal ini rohani sekalian manusia diajarkan oleh arwahul muqadasah Rasulullah SAW yang berada dalam diri Guru Mursyid yang Kamil Mukamil Khalis Muhklisin”.

Setelah manusia diajarkan tentang pelajaran Agama Islam, maka menjadi Islam lah manusia tersebut akan tetapi rohani nya masih belum karena rohani dan jasmani itu berbeda. Pelajaran agama di sekolah, pasantren atau universitas Islam hanya bisa menyentuh jasmani manusia, ilmu agamanya tersimpan di otak dan ketika manusia meninggal dunia segala hapalan itu hilang, lenyap tanpa bekas sedikitpun.

Satu-satu nya sekolah dimuka bumi yang mengajarkan rohani manusia agar bisa berkomunikasi dengan Allah hanya Tarekat! Dibawah bimbingan Guru Mursyid yang sudah mendapat ijzah dari Rasulullah lewat jalur keguruan (silsilah), maka para murid di tarekat benar-benar bisa mencapai tahap makrifatullah.

Ketika rohani telah diajarkan tentang Islam, maka segala hal yang dianggap gaib oleh jasmani akan menjadi nyata bagi rohani kita. Allah, Malaikat, Nabi/Rasul merupakan gaib bagi jasmani akan tetapi akan menjadi nyata bagi rohani ketika rohani tersebut berada pada dimensi yang sama dengan sosok yang mau dijumpai.

Bagi orang yang masih hidup di dunia ini, siksa kubur adalah gaib atau abstrak, sedangkan bagi orang yang sudah meninggal dunia hal itu menjadi nyata atau konkrit. Bagi orang di alam kubur, dunia menjadi gaib atau abstrak bagi mereka sementara bagi kita yang masih hidup di dunia ini akan menjadi nyata atau konkrit. Allah pun sama, bagi orang yang belum diajarkan rohaninya, matahati nya masih buta maka Allah menjadi gaib, akan tetapi bagi yang sudah diajarkan rohani nya maka Alla menjadi nyata.

Banyak orang meyakini bahwa manusia hanya bisa berjumpa dengan Allah ketika manusia telah meninggal dunia dan berada di akhirat maka tidak heran kalau kita bicarakan tentang jumpa dengan Allah kebanyakan yang terbayang adalah kehidupan sesudah mati. Orang lupa akan pesan Rasulullah, “Mutu Qabla Anta Mutu” matikanlah dirimu sebelum engkau mati. Kapan kita mengalami kematian sebelum kematian, apanya yang mati? Bararti setelah kita mengalami “Mati sebelum Mati” di dunia ini maka kita akan berjumpa dengan Yang Maha Hidup.

Kembali kepada judul tulisan tentang pertanyaan malaikat, lebih menarik lagi untuk dibahas apakah semua orang ditanyakan oleh malaikat? Ataukah orang yang “terindikasi” berbahaya dan ada “tanda-tanda” tertentu saja yang ditanyakan. Seperti orang masuk kedalam Bandara, yang diperiksa oleh petugas bandara adalah orang yang ketika melewati pintu x-ray, alarm berbunyi, menandakan ada yang aneh dari orang yang lewat patut diperiksa. Dalam pandangan saya, malaikat itu jauh lebih cerdas dan lebih canggih dari petugas bandara.

Tulisan ini hanya sebuah pemikiran saya saja

WASILAH, Cara Berjumpa Dengan Allah


Semua manusia di dunia ini meyakini bahwa Tuhan adalah sosok yang Agung, Mulia, Sempurna dan segala gelar hebat di sandang oleh-Nya. Kalau di dunia ada Raja maka Tuhan adalah Maha Raja Diraja. Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia tersebut, sebegitu tingginya sehingga hampir semua manusia merasa mustahil untuk berjumpa denga-Nya. Hanya golongan tertentu saja seperti Nabi yang diizinkan untuk menjumpai-Nya. Bahkan dalam pandangan kelompok tertentu dalam Islam, bahkan Nabi sendiri tidak pernah berjumpa dengan Allah di dunia, dalil tentang pengalaman Musa ingin melihat Tuhan dijadikan dalil untuk membenarkan pendapat mereka. Kelompok Mu’tazilah bahkan lebih ekstrim lagi, mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak bisa dilihat atau dijumpai baik di dunia maupun di akhirat.

Kelompok yang paling banyak adalah yang berpendapat bahwa Allah tidak bisa dilihat atau dijumpai didunia namun Dia bisa dijumpai di akhirat setelah manusia meninggal dunia. Karena banyak bahkan sangat banyak, pada umumnya kita juga meyakini atau dipaksa meyakini bahwa Tuhan tidak mungkin dilihat di dunia dengan alasan Dia Maha Tinggi dan Maha Segalanya.

Disisi lain, kaum Sufi meyakini dan memang mengalami hal yang mustahil bagi kaum awam, yaitu berjumpa, melihat dan berdialog dengan Allah sebagaimana yang diceritakan para Tokoh Sufi dalam berbagai karyanya, salah satu Imam al-Ghazali yang melihat dan berdialog dengan Tuhan di dalam mimpi Beliau.

Pertanyaan yang paling menggoda kita adalah, kenapa ketiga kelompok ini yang sama-sama mengambil sumber ilmu dari Al-Qur’an dan Hadist bisa begitu jauh berselisih paham dan ini telah terjadi dari zaman dulu sampai sekarang. Jawaban normative karena pikiran manusia berbeda-beda dan kemampuan untuk menyerap ilmu dari sumber yang Agung (Al-Qur’an juga berbeda.

Bagi kelompok yang tidak meyakini bahwa Allah bisa di lihat di akhirat, dengan segala dalil menyerang kelompok yang meyakini bahwa Allah bisa dilihat di akhirat. Kaum Mu’tazilah menganggap keliru pemahaman Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang meyakini Allah bisa dilihat di akhirat. Kemudian, orang yang meyakini bahwa Allah hanya bisa dilihat di akhirat menganggap keliru atau aneh bagi orang yang meyakini bahwa Allah bisa dilihat di dunia dan akhirat. Kalau kita terus menerus terjebak kepaa perdebatan tentang Tuhan, maka secara tidak sadar kita tidak pernah mau berusaha untuk menemukan kebenaran lain selain yang kita yakini.

Tuhan Maha Tinggi dan tidak seorangpun yang bisa menjangkat Zat Allah yang Maha tinggi tersebut, dan dalam hal ini kaum sufi yang meyakini bahwa Tuhan bisa dilihat juga berpendapat seperti ini. Tidak berarti bahwa ketika kaum sufi berkesempatan memandang Allah, lalu kedudukan Allah menjadi rendah. Semua manusia memposisikan Tuhan sesuai kadarnya masing-masing makanya dengan segala keyakinannya menampatkan TUhan ditempat yang tdak terjangkau agar kedudukan Tuhan tetap tinggi. Lalu, kalau Tuhan sudah sangat tinggi tidak dapat dijangkau, untuk apa adanya Tuhan?

Tuhan tidak sekedar sesuatu yang disembah, tapi Dia adalah sosok yang akrab dengan kita, tempat kita berkeluh kesah dan sahabat yang paling setia. Nabi Ibrahim menjadi “Khalilullah” Sabahat Allah karena kedekatan Beliau dengan Allah, lalu apakah hanya Ibrahim satu-satunya manusia yang layak menjadi Sahabat Allah? Nabi Muhammad terkenal sebagai “Habibullah” lalu apakah hanya Muhammad satu-satunya manusia yang layak menjadi kekasih Allah? Nabi Musa dikenal dengan “Kalamullah” orang yang diajak berbicara oleh Allah, apakah hanya Nabi Musa yang mengalami seperti itu. Bagaimana dengan kita yang awam, orang-orang yang bukan Nabi, apakah tidak boleh berhubungan dengan Allah dengan akrab?

Kaum sufi yang akrab dengan Tuhan juga tidak merasa dirinya hebat, tidak merasa dirinya suci dan mulia bahkan disetiap saat dengan kesadaran penuh dia merasa sebagai hamba yang hina, dhoif, papa tidak bisa apa, hanya karena kemuarahan hati TUhan saja yang membuat mereka bisa melakukan banyak hal di dunia ini. Kaum Sufi tidak pernah meyakini bahwa TUhan bisa menjadi manusi dan manusia karena kesuciannya bisa menjadi Tuhan, bahwa manusia itu bisa mencapai kedudukan mulia TUhan adalah pendapat diluarorang lain terhadap pemahaman Sufi. Kesalahan dalam memahami Wahdatul Wujud inilah kemudian yang membuat kaum sufi mendapat tuduhdan sebagai kelompok sesat dari orang-orang yang tidak memahaminya.

Kaum Sufi, dari manapun dia berasal dalam berhubungan dengan Allah tetap memakai meode yang diajarkan oleh Rassulullah yaitu lewat Wasilah. Karena tidak mungkin manusia bisa berhubungan dengan Allah tanpa ada unsur atau alat yang diberikan Allah. Dia yang Maha tinggi tidak mungkin dijangkau oleh manusia yang penuh dengan dosa dan kekurangan. Dalam hal ini seluruh manusia mempunyai kayakinan yang sama, termasuk Sufi. Allah yang Maha Pemurah memberikan “Alat Komunikasi” antara manusia dengan Dia yaitu berupa Nur Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nur tersebut setelah Nabi Muhammad wafat diberikan kepada para ulama pewaris Nabi, dengan itulah manusia bisa berhubungan dengan TUhan. Sebagai alat komunikasi, Wasilah bukanlah ciptaan manusia, bukan pula manusia, tapi dia adalah sesuatu yang berasal dari sisi Allah. Inilah yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai Tali Allah, yang pangkalnya ada pada Allah dan ujungnya ada pada kekasih-Nya. Jangankan Allah yang merupakan Cahaya Maha Tinggi, berhubungan dengan cahaya yang nampak saja harus ada alatnya. Gelombang radio atau televisi ciptaan manusia tidak bisa diterima tanpa adanya alat penerimanya apalagi Cahaya Allah yang begitu Tinggi.

Nabi bukanlah sekedar penyampai wahyu, tapi Beliau adalah pembawa Wasilah yang berasal dari sisi Allah sebagai media penyambug manusia dengan Allah. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan langsung, tanpa perantara. Hubungan langsung yang dimaksud tentu saja hubungan dengan menggunakan metode yag tepat, metode yang telah disampaikan dan digunakan oleh Rasulullah SAW. Umumnya hubungan langsung yang diyakini oleh manusia secara umum, dia merasa yakin aja bahwa Tuhan yang disembah itu benar. Mulai dari dia bisa beribadah, dia meyakini yang disembah dalah Allah. Apkah memang demikian? Dari mana dia bisa tahu kalau yang berdiri didepannya itu sosok Iblis yang juga terdiri dari cahaya. Berpuluh-puluh tahun dia meyakini telah menyembah Allah lewat Shalat dan ibadah lainnya, ternyata yang disembah Iblis karena dia tidak bisa membedakan antara Allah dan Iblis. Ibadahnya berupa shalat itu diberi ganjaran Neraka oleh Allah karena yang disembah bukan Allah.

Apakah Iblis tidak bisa masuk kedalam Mesjid? Jangankan dalam mesjid atau rumah kita, kedalam surga pun dia bisa bolak balik, bebas keluar masuk. Jadi, kesmbongan kita menolak wasilah, menyembah Allah dengan metode Rasulullah ini yang menyembabkan kita mudah disusupi setan yang sangat Halus. Ingat, Nabi Adam digoda oleh Iblis bukan di Pasar Malam atau di Mall, tapi di dalam Surga yang dipagari oleh para Malaikat.

Kaum Sufi tidak ragu sedikitpun dia dalam beribadah karena dia sudah bisa membedakan antara Allah dan yang bukan Allah karena dia telah berjumpa dengan Allah. Bagi mereka Allah bukan hanya Maha Gaib (Al-Ghaibi) namun juga Maha Nyata (AD-Dzahir) seperti yang tertulis dalam Asmaul Husna. Bagi orang yang baru menempuh jalan kepada Allah (Thariqatullah), paling tidak dia telah mempunyai pembimbing (Mursyid) yang setiap saat akan menuntun dan membimbing dia kepada Allah secara zahir dan bathin. Godaan dan gangguan secara bathin dengan izin Allah akan mendapat Syafaat ( Bantuan) dari Guru Mursyid yang rohaninya selalu bersama rohani Rasulullah dan otomatis selalu bersama Allah.

Jadi, belum terlambat bagi siapapun kita yang belum menggunakan metode berhubungan dengan Allah berupa Wasilah untuk segera mencari Guru Pembimbing agar ibadahnya menjadi sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Tuesday, November 03, 2015

Wulidal Musyarrof


ولد المشرف فى ربيع الأول
Wulidal musyarrof fî robî’il awwali

والقلب يخفق والگواکب تنجلی
Wal qolbu yakhfaq wal kawâkib tanjalî

يانفس نلت المنی فاستبشری وتلی
Yâ nafsu niltil munâ fastabsyirî wa talâ

هذا الجبيب وهذا خاتم الرسل
Hâdzâl hâbibu wa Hâdzâ khôtamur-rusuli

وتقول آمنة رأيت جماله
Wa taqûlu Ãminatu ro-aitu jamâlahu

گالبدر فی ليلة يلوح وينجلی
Kal badri fî lailatin yalûhu wa yanjalî

هذا الذی جاء للأبحار مالحة
Hâdzâlladzî jâ-a lil abhâri mâlihatan

فمج فيه فصار الماء گالعسل
Famajja fîhi fashôrol mâ-u kal’asali

صلی عليه الله ربنا دائما
Shollâ ‘alaihillâhu robbunâ dâ-iman

مالاحت الأطيار فی صوت عال
Mâlâhatil athyâru fî shoutin ‘âli

Saturday, October 24, 2015

Penyejuk Hati

1. Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.

2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang, sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.

3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.

5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.

9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.

11. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.

13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.

16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.

17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.

18. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.

19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.

20. Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

22. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.

23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.

24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.

Tuesday, October 13, 2015

Simbol Perputaran Hidup menurut kalender jawa

Kalender Jawa menunjukkan perputaran hidup antara manusia dimana hidup itu diciptakan oleh Gusti, pencipta Jagat Raya, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tahun

Terdapat delapan nama dari tahun Jawa, misalnya tahun internasional 1999 sama dengan tahun Jawa, Ehe 1932 yang dimulai sejak bulan Sura, bulan pertama. Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut :
Purwana - Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
Karyana - Ehe, artinya tumandang (melakukan)
Anama - Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)
Lalana - Je, artinya lelakon (proses, nasib)
Ngawana - Dal, artinya urip (hidup)
Pawaka - Be, artinya bola-bali (selalu kembali)
Wasana - Wawu, artinya marang (kearah)
Swasana - Jimakir, artinya suwung (kosong)

Kedelapan tahun itu membentuk kalimat ”ada-ada tumandang gawe lelakon urip bola-bali marang suwung” (mulai melaksanakan aktifitas untuk proses kehidupan dan selalu kembali kepada kosong). Tahun dalam bahasa Jawa itu wiji (benih), kedelapan tahun itu menerangkan proses dari perkembangan wiji (benih) yang selalu kembali kepada kosong yaitu lahir-mati, lahir-mati yang selalu berputar.

Nama-nama Bulan

Satu tahun terdiri dari 12 bulan yang meninjukkan sangkar paraning dumadi (asalnya dari mana dan akan pergui kemana), disini ada 12 proses yaitu :
Warana (Sura) artinya rijal.
Wadana (Sapar) artinya wiwit.
Wijangga (Mulud) artinya kanda.
Wiyana (Bakda Mulud) artinya ambuka.
Widada (Jumadi Awal) artinya wiwara.
Widarpa (Jumadi Akhir) artinya rahsa.
Wilapa (Rejeb) artiya purwa.
Wahana (Ruwah) artinya dumadi.
Wanana (Pasa) artinya madya.
Wurana (Sawal) artinya wujud.
Wujana (Sela) artinya wusana.
Wujala (Besar) artinya kosong.

Setiap eksistensi dari hidup manusia baru dimualai dengan Rijal (sinar hidup yang diciptakan oleh kekuatan gaib dari Gusti Tuhan). Perputaran hidup manusia adalah dari rijal kembali ke rijal melalui suwung (kosong). Dari bulan pertama sampai dengan bulan ke sembilan manusia baru tersebut berada di kandungan ibu dalam proses untuk mengambil bayi hidup yang sempurna, siap untuk lahir; dari bulan kesepuluh dia menjadi seorang manusia yang hidup didunia ini. Bulan kesebelas melambungkan akhir dari pada eksistensinya didunia ini yaitu, wusana artinya sesudahnya. Yang terakhir adalah suwung artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana hidup itu datang. Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi rijal, inilah perputaran hidup karena hidup itu abadi. Ada kalanya orang tua bijak memberikan nasihat sebaiknya setipa orang itu tahu inti dari sangkan paraning dumadi atau purwa, madya, wusana. Sehingga orang akan selalu bertingkah laku yang baik dan benar selama diberi kesampatan untuk hidup didunia ini.

Dino Pitu (Hari Tujuh)

Nama hari ini dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap bumi adalah nama dari ke tujuh tersebut.
Radite (Minggu) melambangkan meneng atau diam.
Soma (Senin) melambangkan maju.
Hanggara (Selasa) melambangkan mundur.
Budha (Rabu) melambangkan mangiwa atau bergerak ke kiri.
Respati (Kamis) melambangkan manengen atau bergerak ke kanan.
Sukra (Jumat), melambangkan munggah atau naik ke atas.
Tumpak (Sabtu) melambangkan temurun atau bergerak turun.

Hari Pasaran Lima

Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan.
Kliwon (Asih) melambangkan jumeneng atau berdiri.
Legi (Manis) melambangkan mungkur atau berbalik arah kebelakang.
Pahing (Pahit) melambangkan madep atau menghadap.
Pon (Petak) melambangkan sare atau tidur.
Wage (Cemeng) melambangkan lenggah atau duduk.

Tanggal
Tanggal pertama tiap bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang.
Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.
Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya ingatannya.
Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.
Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.

Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru. Proses perputaran hidup ini dinamakan cakramanggilingan (cakra = senjata berbentuk roda yang bergigi tajam, manggilingan = selalu berputar) atau juga disebut herucakra. Manusia yang berbudi baik selalu mengikuti jalan yang diperkenankan oleh Yang Kuasa orang tersebut akan dituntun mengetahui sangkan paraning dumadi (datang ke dunia berawal suci hidup didunia berhati dan berperilaku suci dan kembali dalam keadaan suci lagi).

Daftar Nama-Nama Bulan Pada Tahun Kalender Jawa / Saka :

Sura (Suro) - Jumlah Hari = 30 hari
Sapar - Jumlah Hari = 29 hari
Mulud - Jumlah Hari = 30 hari
Bakda Mulud (Rabingulakir) - Jumlah Hari = 29 hari
Jumadilawal - Jumlah Hari = 30 hari
Jumadilakir - Jumlah Hari = 29 hari
Rejeb - Jumlah Hari = 30 hari
Ruwah (Arwah / Saban) - Jumlah Hari = 29 hari
Pasa (Puwasa / Siyam / Ramelan) - Jumlah Hari = 30 hari
Sawal - Jumlah Hari = 29 hari
Sela (Dulkangidah / Apit) - Jumlah Hari = 30 hari
Besar (Dulkahijjah) - Jumlah Hari = 29 hari

Dengan demikian jumlah hari dalam satu tahun jawa atau satu tahun saka adalah sebanyak 354 atau 355 hari (ada bulan yang isinya 29 hari digenapkan menjadi 30 hari tergantung kemunculan bulan).

Setiap delapan tahun sekali dihitung sebagai satu windu dengan nama-nama windu (berurutan) sebagai berikut ini :

Windu Alip (Jumlah hari = 354 hari)
Windu Ehe (Jumlah hari = 355 hari)
Windu Jimawal (Jumlah hari = 354 hari)
Windu Je (Jumlah hari = 354 hari)
Windu Dal (Jumlah hari = 355 hari)
Windu Be (Jumlah hari = 354 hari)
Windu Wawu (Jumlah hari = 354 hari)
Windu Jimakir (Jumlah hari = 355 hari)

Total jumlah hari dalam satu abad jawa yang terdiri atas delapan windu adalah 2835 hari.

Daftar Nama-Nama Hari Dalam Tahun Kalender Jawa / Saka :

Legi
Paing / Pahing
Pon
Wage
Kliwon

Jumlah hari dalam sistem kalender jawa terdiri atas lima hari saja, berbeda dengan sistem kalender masehi dan hijriyah yang jumlah harinya ada 7 hari.

Daftar Nama-Nama Wuku Dalam Tahun Kalender Jawa / Saka :

Sinto / Sinta
Landep
Wukir
Kurantil
Tolu
Gumbrek / Gumbreg
Warigalit / Wariga Alit
Warigagung / Wariga Agung
Julungwangi / Julangwangi
Sungsang
Galungan
Kuningan
Langkir
Mondisijo / Mandasiya
Julungpujut
Pahang
Kuruwekut / Kuru Welut
Marakeh
Tambir
Medangkungan
Maktal
Waye
Menahil / Manahil
Prangbakat
Bolo / Bala
Wugu
Wayang
Kulawu
Dukut
Watagunung / Watu Gunung

Satu wuku sama dengan satu minggu penanggalan jawa. Setiap minggu memiliki nama wukunya masing-masing yang berurutan dan berulang-ulang terus seperti layaknya bulan.

Thursday, October 08, 2015

IJAZAH BAGI ANDA YANG TERBELIT UTANG RATUSAN JUTA







Bagi Anda yang Terbelit Hutang Ratusan juta, coba Amalkan Amalan Berikut ...

1.Perbanyak istighfar Karena Memohon ampun pada ALLAH itulah yg Akan Memudahkan Rejeki
2.Perbanyak Doa yg Dicontohkan Rasul


A.DOA AGAR TIDAK TERLILIT UTANG
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom
[Artinya: Ya Allah, Aku Berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan sulitnya utang] (HR. HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 589).
.
B- DOA AGAR LEPAS DARI UTANG SEPENUH GUNUNG
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”
[Artinya: Ya ALLAH Cukupkanlah Aku dg yg Halal dan Jauhkanlah Aku dari yg Haram, dan Cukupkanlah Aku dg karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu]

Semoga Bermanfaat...!!
Mudahan-mudahan ALLAH Selalu Mempermudah langkah Kita, di manapun dan Dalam Keadaan apapun Kita berada. Aamiin..

Monday, September 21, 2015

Makna Filosofi Tembang lir ilir

Lir-ilir, Lir Ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar

Cah Angon, Cah Angon
Penekno Blimbing Kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo Mbasuh Dodotiro

Dodotiro Dodotiro
Kumitir Bedah ing pinggir
Dondomono, Jlumatono
Kanggo Sebo Mengko sore

Mumpung Padhang Rembulane
Mumpung Jembar Kalangane
Yo surako surak Iyo.

Kurang lebih artinya seperti ini:

(Ilir-ilir, ilir-ilir…)
tanamannya sudah berkembang/bersemi..
tampak menghijau ibarat pengantin baru..

anak gembala,
anak gembala..
panjatlah blimbing itu..
meski licin panjatlah, buat mencuci kain

kain, kain…
yang sedang robek pinggirnya..
jahitlah dan tamballah untuk menghadap nanti sore..
semampang bulan terang-benderang
semampang lebar tempatnya…)

Makna Tersirat
Ayo bangkit islam telah lahir,
Hijau sebagai simbol agama islam kemunculannya begitu menarik ibarat pengantin baru,
Pemimpin yang mengembala rakyat kenalah islam sebagai agamamu,
Ia ibarat belimbing dengan 5 sisi sebagai 5 rukun islam,
Meskipun sulit dan banyak rintangan sebarkanlah ke masyarakat dan anutlah,
Guna untuk mensucikan diri dari segala dosa dan mensucikan aqidah,
Terapkanlah islam secara kaffah sampai ke rakyat kecil (pinggiran),
Perbaikilah apa yang telah menyimpang dari ajaran islam untuk dirimu dan orang lain guna bekal kamu di akhirat kelak,
Mumpung masih hidup dan selagi masih diberikan kesempatan untuk bertobat,
Dan berbahagialah semoga selalu dirahmati allah

Lagu “ilir-ilir” sangat familiar kalau di lingkungan pesantren. Kaset lagu seperti itu -lagu sholawat berlanggam Jawa dengan diiringi gending/gamelan- sangat mudah ditemukan di sekitar Mesjid Sunan Ampel (Surabaya), area pemakanan Sunan Giri (Gresik), dan area pemakaman Sunan Bonang (Tuban).

Di era 90-an, lagu ini dipopulerkan kembali oleh Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dengan aransemen musik Kyai Kanjeng. Jika diamati musiknya, lagu Jawa tersebut sangat mirip dengan lagu Arab, “Ya Toyyiba” yang kemudian diplesetkan menjadi “Bang Toyib” oleh para pedangdut komersial.

Dalam berbagai literatur sejarah, lagu ini digubah, diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga yang mengandung pesan/makna tentang asal-usul dan tujuan hidup. Memberikan rasa optimis kepada orang yang melakukan amal kebaikan demi hari akhir, karena kesempatan di dunia harus dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan (“Sejarah Sunan Kalijaga”, Dr. Purwadi).

Tapi, saya punya asumsi lain akan makna lagu tersebut. Nyanyian yang sering dipakai oleh anak-anak kecil di kampung sewaktu bermain di bawah terangnya bulan purnama di jaman dulu kala ini bermakna filosofis yang sangat mendalam, yakni terhadap kemajuan dakwah (pengislaman masyarakat Jawa) yang dilakukan oleh Wali Songo.

Lir-ilir, lir-ilir
Lagu “Ilir-ilir” -dalam pemaknaan saya- lebih merupakan sinyalemen keberhasilan dari Sunan Kalijaga terhadap dakwah yang dilakukan oleh para wali di tanah Nusantara. ‘Ijo‘ adalah simbolisasi Islam. ‘Sumilir‘ bermakna bersemi, bersemai, sedang mekar, berkembang. ‘Temanten baru‘ bernilai cerah-ceria, ghirah, bersemangat, antusias, mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa seperti seyogyanya kesenangan, keriangan, kegembiraan yang dialami oleh orang yang baru menikah. Jadi, paragraf pertama dari lagu “Ilir-ilir” tersebut lebih bermakna potret keberhasilan dakwah nilai-nilai Islam dalam masyarakat Jawa oleh para Wali Songo.

tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.

tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.

Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.

Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

‘Bocah angon‘ bermakna para penggiat nilai-nilai Islam, juru dakwah dan simpatisannya. ‘Penekna’ berarti raihlah, dapatkan, capailah. ‘Blimbing’ memiliki bentuk bintang (lima) di ujungnya, merupakan simbolisasi Islam. ‘Lunyu-lunyu‘ berarti keadaan yang sangat sulit, tapi harus tetap dilakukan. ‘Mbasuh‘ artinya menyebarkan, mengembangkan, memperluas dakwah. ‘Dodotiro‘ makna harfiahnya kain, tapi dalam pemaknaan saya itu kekuasaan status quo (dalam hal ini Kerajaan Majapahit). Jadi, paragraf kedua ini bermakna ajakan bagi para penggiat Islam untuk menyebarkan, memperluas dakwah nilai-nilai Islam di bumi Majapahit, walaupun tantangannya sangat berat.

Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.

Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.

Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir.

Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.

Dodotiro, kumitir bedah ing pinggir‘, maknanya Kerajaan Majapahit sedang goyah, rapuh, mendekati keruntuhan, kehilangan kesatuan dan persatuan, lemahnya kepercayaan dari negeri-negeri bawahan. ‘Dondomana, jrumatana‘ berarti perbaikilah, masukilah dengan nilai-nilai Islam. ‘Seba mengko sore‘, maknanya demi keberhasilan menegakkan agama-agama Illahi. ‘Mumpung padhang rembulane’, berarti semampang kesempatan sangat terbuka, opurtunity bagus, dan Demak di belakang gerakan dakwah tersebut. ‘Mumpung jembar kalangane‘, bermakna semampang prospektif, potensinya sangat terbuka/sangat bagus, masyarakat welcome. Jadi, pargraf ketiga ini menjelaskan opurtunity, peluang, kesempatan secara geopolitik untuk lebih membesarkan agama Islam.

dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.

Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.

Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.

Yo surako surak hiyo.

Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

So, “Ilir-ilir” secara garis besar bermakna ajakan, seruan, mobilisasi bagi para juru dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga untuk mengembangkan nilai-nilai Islam di bumi Nusantara. Boleh dibilang, “Ilir-ilir” adalah lagu politis -berbasis geopolitik- pada saat itu.
Benarkah? Wallahu’alam bi ash showab. Interpretasi, pemaknaan sejarah sah-sah saja untuk memperkaya sejarah itu sendiri.

Monday, September 07, 2015

Rahasia Menikah

Berikut beberapa rahasia dan alasan mengapa harus menikah, semoga bisa memotivasi kaum muslimin untuk memeriahkan dunia dengan nikah.

1. Melengkapi agamanya
“Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR. Thabrani dan Hakim).

2. Menjaga kehormatan diri
“Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya. (HSR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Senda guraunya suami-istri bukanlah perbuatan sia-sia
“Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 245; Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 309).

Hidup berkeluarga merupakan ladang meraih pahala

4. Bersetubuh dengan istri termasuk sedekah
Pernah ada beberapa shahabat Nabi SAW berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat; mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa; bahkan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Pada tiap-tiap ucapan tasbih terdapat sedekah; (pada tiap-tiap ucapan takbir terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahlil terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahmid terdapat sedekah); memerintahkan perbuatan baik adalah sedekah; mencegah perbuatan munkar adalah sedekah; dan kalian bersetubuh dengan istri pun sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, kok bisa salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?” Beliau menjawab, “Bagaimana menurut kalian bila nafsu syahwatnya itu dia salurkan pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa dengan sebab perbuatannya itu?” (Mereka menjawab, “Ya, tentu.” Beliau bersabda,) “Demikian pula bila dia salurkan syahwatnya itu pada tempat yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala.” (Beliau kemudian menyebutkan beberapa hal lagi yang beliau padankan masing-masingnya dengan sebuah sedekah, lalu beliau bersabda, “Semua itu bisa digantikan cukup dengan shalat dua raka’at Dhuha.”) (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 125).

5. Adanya saling nasehat-menasehati

6. Bisa mendakwahi orang yang dicintai

7. Pahala memberi contoh yang baik
“Siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barang siapa yang pertama memberi contoh perilaku jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun.” (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Orang yang pertama kali melakukan kebaikan atau kejahatan.)

Bagaimana menurut Anda bila ada seorang kepala keluarga yang memberi contoh perbuatan yang baik bagi keluarganya dan ditiru oleh istri dan anak-anaknya? Demikian juga sebaliknya bila seorang kepala keluarga memberi contoh yang jelek bagi keluarganya?

8. Seorang suami memberikan nafkah, makan, minum, dan pakaian kepada istrinya dan keluarganya akan terhitung sedekah yang paling utama. Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah.” (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Seorang suami lebih utama menafkahkan hartanya kepada keluarganya daripada kepada yang lain karena beberapa alasan, diantaranya adalah nafkahnya kepada keluarganya adalah kewajiban dia, dan nafkah itu akan menimbulkan kecintaan kepadanya.

Muawiyah bin Haidah RA., pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: ‘Wahai Rasulullah, apa hak istri terhadap salah seorang di antara kami?” Beliau menjawab dengan bersabda, “Berilah makan bila kamu makan dan berilah pakaian bila kamu berpakaian. Janganlah kamu menjelekkan wajahnya, janganlah kamu memukulnya, dan janganlah kamu memisahkannya kecuali di dalam rumah. Bagaimana kamu akan berbuat begitu terhadapnya, sementara sebagian dari kamu telah bergaul dengan mereka, kecuali kalau hal itu telah dihalalkan terhadap mereka.” (Adab Az Zifaf Syaikh Albani hal 249).

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA., dalam hadits yang panjang yang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga)

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyianyiaka orang yang harus diberi belanja.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya.” (Saba’: 39).

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Setiap pagi ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, yang satu berdoa: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya.” Dan yang lain berdoa: “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

9. Seorang pria yang menikahi janda yang mempunyai anak, berarti ikut memelihara anak yatim

Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah.

1. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An Nur: 32)

2. Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)

Rahasia Adzan Shalat Subuh

Jika kita terjemahkan, akan berarti "Sholat itu lebih baik daripada tidur". Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja?

Dalam kalimat itu Allah SWT ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya.

Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada adzan shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?

Penjelasan Ilmiahnya:

Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang.

Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN).

Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.

Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.

Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur.

Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk Anda dan saya maupun bayi Anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian / Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah SWT kepada manusia.

Furchgott dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok).

Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu Asetilkolin.

Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.

Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran.

"Jadi inilah yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, suatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu".

Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan / melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida.

Ketiga peneliti itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak dan olahraga.

Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi / sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.

Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.

Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise, yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular, tanpa manusia menyadarinya.

Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejang, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis).

Dengan exercise, tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.

Sejak awal kedatangan Islam, Allah menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun.

Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasih-Nya pada hamba-Nya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar.

Rahasia Ekonomi dan Politik Nabi Muhammad SAW

Sesuai dengan tugasnya sebagai utusan Allah Swt, Rasulullah Saw berkewajiban membimbing umat menuju kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dalam upaya mendapatkan kesejehteraan dunia, terselenggaranya kehidupan ekonomi yang lancar, adil, dan kondusif sangatlah penting dan menentukan. Oleh karena itu, dalam bidang ekonomi, Rasulullah Saw berkewajiban untuk memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok setiap individu masyarakat secukup-cukupnya dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan kebutuhan hidup sesuai kemampuannya.

Guna memenuhi harapan ini, Rasulullah Saw meletakkan dasar-dasar kebijakan ekonomi yang dikembangkan berdasarkan petuntuk-petunjuk Allah Swt dari Al-Qur’an. Kebijakan-kebijakan Rasulullah Saw dikembangkan dengan sangat baik dan komprehensif. Sebagai seorang yang berada di tengah rakyatnya, Rasulullah Saw mengidentifikasi segenap masalah ekonomi yang ada, termasuk di dalamnya pelanggaran-pelanggaran norma dan etika bisnis. Kemudian, secara perlahan namun meyakinkan, Rasulullah Saw meletakkan garis besar kebijakan ekonomi dan cara pemecahan masalahnya.

Landasan Politik Ekonomi Nabi Muhammad Saw

Untuk merespons persoalan-persoalan ekonomi, Rasulullah menetapkan landasan politik ekonomi yang bersumber dari Al-Qur’an, yang antara lain meliputi:

- Pelaksanaan fungsi khalifah untuk memakmurkan bumi dengan pembangunan yang efektif dan efisien.
- Memastikan prinsip-prinsip syariah ditegakkan dengan baik dalam proses pembangunan ekonomi.
- Mengoptimalkan semua potensi alam untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia.

Bertolak dari landasan inilah, Nabi Saw menyelesaikan segala persoalan ekonomi dengan membuat pelbagai kebijakan yang kemudian dijadikan sebagai prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam. Prinsip-prinsip utama itu antara lain:

1. Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible economic activities). (Q.S. An-Nisâ’ (4): 29).

2. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful and luxurius living). ( Surat Al-A‘râf (7): 31)

3. Menegakkan prinsip ekonomi yang berkeadilan dan mendorong keseimbangan antara sektor riil dan sektor finansial. (Surah Al-Baqarah ayat 274-278

4. Menerapkan social security system melalui implementasi zakat (implementation of zakat). (Q.S. At-Taubah (9): 103).

Keempat prinsip utama ini tentu bukan hanya memberi batasan-batasan moral dalam aktivitas dan sistem ekonomi Islam, tetapi juga memiliki konsekuensi-konsekuensi yang menciptakan bangun ekonomi Islam. Konsekuensi-konsekuensi itu di antaranya meliputi hal-hal berikut:

1. Eksistensi lembaga Baitul Mal sebagai implementor kebijakan fiskal negara. Hal ini juga memiliki konsekuensi sentralisasi administrasi seluruh pendapatan dan pengeluaran negara.

2. Dominasi konsep bagi hasil dalam dunia keuangan dan investasi sebagai konsekuensi pelarangan bunga (riba).

3. Adanya lembaga Hisbah untuk mengawasi pasar.

Kebijakan Politik Ekonomi Nabi Muhammad Saw

Beberapa kebijakan ekonomi Nabi Muhammad Saw secara ringkas tertuang dalam tiga aspek, yaitu :

1. Pembenahan semua bentuk transaksi terlarang yang mengandung unsur ribâ, gharar, ihtikâr, tadlîs, dan zulm. (Ar-Rûm ayat 39, An-Nisâ’ ayat 160-161, Âli ‘Imrân ayat 130, dan Al-Baqarah ayat 278-279)

2. Revisi sistem kompensasi (upah); “Mereka (para pekerja dan pelayanmu) adalah saudaramu. Allah menempatkan mereka di bawah asuhanmu sehingga barang siapa mempunyai saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan diberi pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri); dan tidak membebankan kepada mereka dengan tugas yang sangat berat. Dan jika kamu membebankannya dengan tugas seperti itu, hendaklah kamu membantu mereka (mengerjakannya).” H.R. Muslim, no. 4405, Kitâb al-Aimân, Bâb Itâm al-Mamlûk.

3. Perbaikan kebijakan fiskal dan keuangan publik.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mengelola pemasukan dan pengeluaran negara. Negara Madinah yang dipimpin Nabi Muhammad Saw juga memiliki sistem kebijakan fiskal yang unik pada zamannya.

Sumber Penerimaan Negara pada Masa Nabi Muhammad Saw

Sumber-sumber penerimaan Negara Madinah antara lain berasal dari zakat, khumus, jizyah, kharâj, fai’, dan sumber-sumber penerimaan lain. Untuk mengelola perbendaharaan negara beliau mendirikan Baitul Mal.

Disamping sumber-sumber pendapatan tersebut, ada beberapa sumber penerimaan sekunder lainnya, yaitu:

1. Pinjaman-pinjaman.

2. Rikâz, yaitu harta karun yang ditemukan pada periode sebelum Islam.

3. Amwâl al-fadlâ, yaitu harta warisan kaum muslimin yang tidak memiliki ahli waris atau harta seorang muslim yang meninggalkan negerinya.

4. Wakaf, yaitu aset tetap atau bergerak yang didedikasikan untuk kepentingan umat Islam dengan memanfaatkan pokok aset atau memanfaatkan hasil dari pokok itu. Pemanfaatan pokok aset seperti wakaf tanah untuk masjid dan sarana umum, sedangkan pemanfaatan hasil dari pokok aset seperti wakaf hasil sewa gedung. Pengelola wakaf disebut nazîr.

5. Nawâ’ib, yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada orang Islam yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat. Hal ini pernah terjadi pada masa perang Tabuk.

6. Jenis-jenis sedekah yang lain, seperti kurban dan kaffârât. Kaffârât adalah denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim, seperti denda karena melakukan beberapa pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah haji.

Pengeluaran Negara pada Masa Nabi Muhammad Saw

Pengeluaran negara pada masa Rasulullah Saw dapat dibagi menjadi dua bagian:

(1) Pengeluaran primer meliputi pengeluaran untuk biaya pertahanan, seperti persenjataan, unta, kuda, dan perbekalan logistik. Termasuk dalam pengeluaran primer adalah biaya operasional penyaluran zakat dan ‘usyr kepada yang berhak menerimanya menurut ketentuan Al-Qur’an. Termasuk gaji para walikota atau amir, hakim, guru, imam, muadzin, dan pejabat negara lainnya; juga honor para sukarelawan, pembayaran utang negara, dan bantuan untuk musafir.

(2) Pengeluaran sekunder digunakan untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang belajar agama di Madinah, bagian untuk para delegasi keagamaan, bagian untuk para utusan suku dan negara serta biaya perjalanan mereka. Juga hadiah bagi kepala negara-negara lain, pembayaran tebusan bagi kaum muslimin yang menjadi tawanan atau budak, pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan muslimin, pembayaran utang orang yang meninggal dalam keadaan miskin, pembayaran tunjangan untuk orang miskin, tunjangan kerabat Rasulullah Saw, pengeluaran rumah tangga Rasulullah Saw, dan persediaan darurat.

Cara Rasulullah Saw Menutupi Pembiayaan Negara

Rasulullah Saw melakukan beberapa cara untuk menutupi pembiayaan negara.

- Cara pertama, adalah dengan meminta bantuan dari kaum muslimin agar pelbagai kebutuhan, seperti untuk biaya perang dapat terpenuhi dengan bantuan sukarela kaum muslimin.

- Cara kedua, jika yang dibutuhkan adalah alat alat perang dan infrastruktur, maka caranya adalah dengan meminjam peralatan dari kaum nonmuslim dengan jaminan pengembalian dengan memberi ganti rugi atas peralatan yang rusak tanpa membayar sewa atas penggunaannya. Hal yang terakhir ini biasanya merupakan bagian dari klausul perjanjian damai antara Rasulullah Saw dengan suku-suku nonmuslim.

- Cara yang ketiga adalah dengan meminjam uang dari orang-orang tertentu. Pinjaman ini dilakukan dalam jangka pendek dan dilunasi setelah kembali dari perang dan mendapat harta rampasan perang.

KEDUDUKAN BAITUL MAL

“Baitul Mal telah berperan dalam menopang program dakwah, pembangunan infrastuktur, pendidikan, dan militer Rasulullah Saw. Lembaga ini pula menjadi saksi ekspansi kekuatan Islam di bawah kepemimpinan Abû Bakr, ‘Umar, ‘Utsmân, dan ‘Alî. Peradaban Baghdad dan Damaskus juga berdiri dengan topangan finansial Baitul Mal. Demikian juga kejayaan Islam di Andalusia, Tunisia, dan Kairo. Bahkan Salâhuddîn Al-Ayyûbî membiayai perang pembebasan Yerusalem dari Baitul Mal. Baitul Mal dalam bentuk dan fungsinya yang penuh masih utuh hingga tahun 1924.

Pengertian Baitul Mal

Baitul Mal berasal dari kata bait yang berarti rumah, dan mâl yang berarti harta. Jadi, secara bahasa (lughawî) Baitul Mal berarti “House of Fund” atau “House of Wealth”, rumah untuk menyimpan harta atau kekayaan.

Adapun secara teknis (Istilâhî), Baitul Mal adalah suatu lembaga yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Dengan demikian, Baitul Mal dengan makna seperti ini mempunyai pengertian sebagai sebuah departemen yang menangani berbagai harta dan kekayaan negara, baik harta tetap maupun bergerak. Baitul Mal bertanggung jawab atas anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), termasuk juga pencatatan dan pelaporannya. Di dunia keuangan modern, Baitul Mal sepadan dengan Kementerian Keuangan atau Federal Reserve.

(Antonio, Chalip Umar’s Policy on the Management of Bait al-Maal: Critical Analysis and Possible Policy Implications, 1992. Hasanuz Zaman, Economic Functions of An Islamic State, (revised edition) , Leicester. The Islamic Foundation, 1991, p.137.

Baitul Mal atau Baitul Mal wat Tamwil (BMT) begitu marak belakangan ini seiring dengan upaya umat untuk kembali berekonomi sesuai Syariah. Di Indonesia, kemunculan BMT diawali dengan lahirnya BMT Insan Kamil pada tahun 1992, yang antara lain dimotori oleh Aries Mufti, Rizal Muganegara, Iwan Kusuma Hamdan, Zainal Muttaqin, dan Muhammad Syafii Antonio yang tergabung dalam P3UK (Program Pengkajian dan Pengembangan Usaha kecil). Kemudian momentum ini dilanjutkan oleh Profesor Amin Azis, Binhadi, dan Zainul Bahar Noor dengan lembaga PINBUK-nya. Upaya ini terus bergulir dan mendapat momentum pada saat Indonesia mengalami krisis finansial sejak tahun 1997.

Rahasia Keberadaan Allah

PERTANYAAN 1
BAGAİMANA MEMAHAMİ KEBERADAAN ALLAH?

Tumbuhan, binatang, lautan, gunung-gunung, dan manusia disekitar kita, dan semua jasad renik yang tidak kasat mata – hidup ataupun mati, merupakan bukti nyata adanya Kebijakan Agung yang menciptakannya. Demikian pula dengan kesetimbangan, keteraturan dan penciptaan sempurna yang nampak di seluruh jagat. Semuanya membuktikan keberadaan Pemilik pengetahuan agung, yang menciptakannya dengan sempurna. Pemilik kebijakan dan pengetahuan agung ini adalah Allah.

Sistem-sistem sempurna yang diciptakanNya serta sifat-sifat yang mengagumkan pada setiap mahluk, hidup maupun mati, menimbulkan kesadaran akan keberadaan Allah. Kesempurnaan ini tertulis dalam Al-Qur’an:

Dia menciptakan tujuh langit yang berlapis-lapis. Tak akan ditemui sedikit cacatpun dari ciptaanNya. Perhatikan berkali-kali - apakah engkau melihat kekurangan padanya? Lalu, perhatikanlah sekali lagi. Matamu akan silau dan lelah! (Surat Al-Mulk: 3-4)

PERTANYAAN 2
BAGAİMANA CARA MENGENAL ALLAH?

Ciptaan yang sempurna di seluruh jagat raya menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Agung. Allah sendiri telah memperkenalkan diriNya kepada kita melalui Al-Qur’an - wahyu yang diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk yang benar bagi kehidupan. Semua sifat-sifat Allah yang mulia disampaikan kepada kita di dalam Al-Qur’an. Dia Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil, Maha Meliputi seluruh alam, Maha Melihat dan Maha Mendengar atas segala sesuatu. Dia lah Pemilik dan Tuhan satu-satunya atas langit dan bumi dan segala sesuatu di antaranya. Dia lah penguasa seluruh kerajaan langit dan bumi.

Dialah Allah – tiada tuhan selain Dia. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia lah Allah – tiada tuhan selain Dia. . . . MilikNya segala nama-nama yang baik. Segala yang di langit dan di bumi bertasbih kepadaNya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al-Hasr: 22-24)

PERTANYAAN 3
MENGAPA KİTA DİCİPTAKAN?

Dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan mengapa kita diciptakan:
Aku ciptakan jin dan manusia semata-mata untuk menyembahKu. (Surat
Az-Zariyat: 56)

Seperti disebutkan dalam ayat ini, keberadaan manusia di bumi ini semata-mata untuk menjadi hamba Allah, untuk menyembahNya dan untuk memperoleh ridhaNya. Penghambaan manusia kepada Allah merupakan batu ujian selama ia hidup di muka bumi.

PERTANYAAN 4
MENGAPA KITA DIUJI?

Allah menguji manusia di muka bumi untuk memisahkan antara mereka yang beriman dan mereka yang tidak beriman, serta untuk menentukan siapa yang terbaik amal perbuatannya. Oleh karena itu, pengakuan seperti “aku beriman” tanpa bukti tindakan yang sesuai dengannya tidak lah cukup. Di sepanjang hayatnya, manusia diuji dalam hal keimanan dan keta’atannya kepada Allah, termasuk kegigihannya dalam memperjuangkan agama Allah. Pendek kata, diuji dalam ketabahan sebagai hamba Allah dalam berbagai kondisi dan lingkungan yang dikehendakiNya. Ini dinyatakan Allah dalam ayat berikut:

Dia Yang Mematikan dan Menghidupkan untuk menguji siapa di antara kamu yang terbaik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Surat Al-Mulk: 2)

PERTANYAAN 5
BAGAIMANA CARA MENGABDI KEPADA ALLAH?

Menjadi hamba Allah berarti menyerahkan seluruh hidup kita untuk tujuan mencapai kehendak dan ridhaNya. Yakni beramal sebaik mungkin tanpa henti untuk mendapatkan ridha Allah, hanya takut kepada Allah dan mengarahkan seluruh pikiran dan perkataan serta perbuatan untuk tujuan tersebut. Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa penghambaan kepadaNya meliputi seluruh kehidupan individu:

Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.’ (Surat Al-An’am: 162)

PERTANYAAN 6
MENGAPA AGAMA DİPERLUKAN?

Yang pertama kali harus dilakukan oleh seseorang yang meyakini keberadaan Allah adalah mempelajari apa-apa yang diperintahkan dan hal-hal yang disukai Penciptanya. Dia lah yang memberinya ruh dan kehidupan, makanan, minuman dan kesehatan. Selanjutnya dia harus mengabdikan seluruh hidupnya untuk patuh kepada perintah-perintah Allah dan mencari ridhaNya.
Agama lah yang membimbing kita kepada moral, perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang patuh kepada agama berada di jalan yang benar, sedangkan yang lainnya akan tersesat.


Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka orang-orang yang berkeras untuk tidak mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan yang nyata. (Surat az-Zumar: 22)

PERTANYAAN 7
BAGAIMANA CARA MENJALANKAN AGAMA (DIEN)?

Orang yang beriman kepada Allah dan menghambakan diri kepadaNya, mengatur hidupnya agar sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an. Dia menjadikan agama sebagai petunjuk hidupnya. Patuh kepada hal-hal yang baik menurut hati nuraninya, dan meninggalkan segala yang buruk yang ditolak hati nuraninya.

Allah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Dia menciptakan manusia agar siap untuk menghidupkan agamaNya:

Maka, teguhkanlah pengabdianmu kepada Agama yang benar yang Allah ciptakan untuk manusia. Tiada yang mampu merubah ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Surat Ar-Rum: 30)

PERTANYAAN 8
DAPATKAH MORAL TEGAK TANPA AGAMA?

Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan beragam tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian, iri hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada orang yang ta’at kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan buruk tadi karena mengetahui bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya di akhirat kelak.


Sukar dipercaya jika ada orang mengatakan, “Saya ateis namun tidak menerima sogokan”, atau “Saya ateis namun tidak berjudi”. Mengapa? Karena orang yang tidak takut kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat, akan melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.

Seseorang yang mengatakan, “Saya ateis namun tidak berjinah” cenderung melakukannya jika perjinahan di lingkungan tertentu dianggap normal. Atau seseorang yang menerima sogokan bisa saja beralasan, “Anak saya sakit berat dan sekarat, karenanya saya harus menerimanya”, jika ia tidak takut kepada Allah. Di negara yang tak beragama, pada kondisi tertentu maling pun bisa dianggap sah-sah saja. Contohnya, masyarakat tak beragama bisa beranggapan bahwa mengambil handuk atau perhiasan dekorasi dari hotel atau pusat rekreasi bukanlah perbuatan pencurian.

Seorang yang beragama tak akan berperilaku demikian, karena ia takut kepada Allah dan tak akan pernah lupa bahwa Allah selalu mengetahui niat dan pikirannya. Dia beramal setulus hati dan selalu menghindari perbuatan dosa.

Seorang yang jauh dari bimbingan agama bisa saja berkata “Saya seorang ateis namun pema’af. Saya tak memiliki rasa dendam ataupun rasa benci”. Namun sesuatu hal dapat terjadi padanya yang menyebabkannya tak mampu mengendalikan diri, lalu mempertontonkan perilaku yang tak diinginkan. Dia bisa saja melakukan pembunuhan atau mencelakai orang lain, karena moralnya berubah sesuai dengan lingkungan dan kondisi tempat tinggalnya.

Sebaliknya, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak kan pernah menyimpang dari moral yang baik, seburuk apapun kondisi lingkungannya. Moralnya tidak “berubah-ubah” melainkan tetap kokoh. Orang-orang beriman memiliki moral yang tinggi. Sifat-sifat mereka disebut Allah dalam ayatNya:

Mereka yang teguh dengan keyakinannya kepada Allah dan tidak mengingkari janji; yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya dan takut kepada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk; mereka yang sabar untuk mencari perjumpaan dengan Tuhan mereka, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian harta yang kami berikan kepadanya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikan. Merekalah yang mendapat kedudukan yang tinggi. (Surat Ar-Ra’d: 20-22)

PERTANYAAN 9
APA YANG TERJADI DENGAN SISTEM SOSIAL JIKA TIDAK ADA AGAMA?

Konsep pertama yang akan hilang pada sebuah lingkungan tak beragama adalah konsep keluarga. Nilai-nilai yang menjaga keutuhan keluarga seperti kesetiaan, kepatuhan, kasih-sayang dan rasa hormat akan ditinggalkan sama sekali. Harus diingat bahwa keluarga merupakan pondasi dari sistem kemasyarakatan. Jika tata nilai keluarga runtuh, maka masyarakat pun akan runtuh. Bahkan bangsa dan negara pun tidak akan ada lagi, karena seluruh nilai moral yang menyokongnya telah musnah.

Lebih jauh lagi, tak akan ada lagi rasa hormat dan kasih-sayang terhadap orang lain. Ini mengakibatkan anarki sosial. Yang kaya membenci yang miskin, yang miskin membenci yang kaya. Angkara murka tumbuh pada mereka yang merasa dirintangi, hidup susah atau miskin. Atau menimbulkan agresi terhadap bangsa lain. Karyawan bersikap agresif kepada atasannya. Demikian pula atasan kepada bawahannya. Para bapak berpaling dari anaknya, dan anak berpaling dari bapaknya.

Sebab dari pertumpahanan darah yang terus-menerus dan “berita-berita kriminalitas” di surat kabar adalah ketiadaan agama. Setiap hari dapat kita baca tentang orang-orang yang saling bunuh karena alasan yang sangat sepele.

Orang yang mengetahui bahwa ia akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak, tidak akan melakukan pembunuhan. Dia tahu bahwa Allah melarang manusia melakukan kejahatan. Ia selalu menghindari murka Allah karena rasa takutnya kepadaNya.

Janganlah berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (Allah) memperbaikinya. Dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Surat al-A’raf: 56)

Tindakan bunuh diri pun disebabkan oleh ketiadaan agama. Orang yang melakukan bunuh diri sama saja dengan melakukan pembunuhan. Orang yang hendak bunuh diri karena ditinggal pacar, misalnya, harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut sebelum melakukannya: Apakah ia akan melakukan bunuh diri jika pacarnya menjadi cacat? atau menjadi tua? atau jika wajah pacarnya terbakar? Tentunya tidak. Dia terlalu berlebihan menilai pacarnya seolah sebanding dengan Allah. Bahkan menganggap pacarnya lebih penting dari Allah, lebih penting dari hari akhirat dan dari agama. Ia lebih mempertaruhkan jiwanya bagi pacarnya tersebut dibanding bagi Allah.

Orang yang dibimbing Al-Qur’an tidak akan melakukan hal semacam itu, bahkan tidak akan terlintas sedikitpun dalam benaknya. Seorang yang beriman menyerahkan hidupnya hanya untuk keridhaan Allah, dan menjalani dengan sabar segala kesusahan dan masalah yang Allah ujikan padanya di dunia ini. Ia pun tidak lupa bahwa kesabarannya itu akan mendapatkan balasan berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat.

Pencurian pun merupakan hal yang sangat biasa pada masyarakat yang tak beragama. Seorang pencuri tak pernah berpikir seberapa besar kesusahan yang ditimbulkannya terhadap orang yang dicurinya. Harta yang dikumpulkan korbannya puluhan tahun diambilnya dalam semalam saja. Ia tak peduli seberapa besar kesusahan yang akan diderita korbannya. Mungkin saja ia pernah sadar dan menyesali perbuatannya yang telah menimbulkan kesusahan pada orang lain. Jika tidak, keadaannya menjadi lebih buruk. Itu berarti bahwa hatinya telah membatu dan selalu cenderung untuk melakukan segala tindakan yang tak bermoral.
Dalam masyarakat yang tak beragama, nilai-nilai moral seperti keramahan, mau berkorban untuk orang lain, solidaritas dan sikap murah hati telah lenyap sama sekali. Orang-orangnya tidak menghargai orang lain sebagaimana layaknya manusia. Bahkan ada yang memandang orang lain sebagai mahluk yang berevolusi dari kera. Tak satu pun dari mereka mau menerima, melayani, menghargai atau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain. Apalagi terhadap mereka yang dianggapnya sebagai berasal dari kera.

Orang-orang yang berpikiran seperti ini tidak menghargai orang lain. Tak satu pun memikirkan kesehatan, kesejahteraan atau kenyamanan orang lain. Mereka tak peduli jika orang lain terluka, atau pernah berusaha agar orang lain terhindar dari kecelakaan semacam itu.

Di rumah sakit, misalnya, orang yang hampir meninggal dibiarkan begitu saja terlentang di ranjang-gotong dalam jangka waktu yang tak tentu; tak seorangpun pun peduli kepadanya. Contoh lain misalnya, pemilik restoran yang menjalankan restorannya tanpa peduli dengan kebersihan. Tempatnya yang kotor dan tidak sehat tak digubrisnya, tidak peduli dengan bahaya yang mungkin ditimbulkan terhadap kesehatan orang lain yang makan di sana. Ia hanya peduli kepada uang yang dihasilkannya. Ini hanya sebagian kecil contoh yang kita temui sehari-hari.

Logikanya, orang hanya baik terhadap orang lain jika bisa mendapat imbalan yang menguntungkan. Namun bagi mereka yang menjalankan standar moral Al-Qur’an, menghargai orang lain merupakan pengabdian kepada Allah. Mereka tak mengharapkan imbalan apa pun. Semuanya merupakan usaha untuk mencari ridha Allah dengan terus-menerus melakukan amal baik, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Tuesday, September 01, 2015

ISTIDRAJ

Artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki pdhl yg diberi dlm keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.

Jadi, ketika Allah membiarkan kita :

1. Sengaja meninggalkan shalat.
2. Sengaja meninggalkan puasa.
3. Tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat & membuka aurat.
4. Berat untuk bershadaqah.
5. Merasa bangga dgn apa yg dimiliki.
6. Mengabaikan semua perintah Allah.
7. Menganggap enteng perintah Allah.
8. Merasa umurnya panjang & menunda-nunda taubat.
9. Tidak mau menuntut ilmu syar'i
10. Lupa akan kematian.

Tetapi Allah tetap memberikan kita :

1. Harta yg berlimpah.
2. Kesenangan terus menerus.
3. Dikagumi & dipuja puji byk orang.
4. Tidak pernah diberikan sakit.
5. Tidak pernah diberikan musibah.
6. Hidupnya aman2 saja.

Hati2 karena semuanya itu adalah ISTIDRAJ.
Ini merupakan bentuk kesengajaan
& pembiaran yg dilakukan Allah pada hambaNya yg sengaja berpaling dari perintah2 Allah, Allah menunda segala bentuk azabNya.

Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai & semakin diperbudak dunia, Allah membuatnya lupa pada kematian.

Jangan dulu merasa aman, nyaman, tentram dgn hidup kita saat ini, seolah hidup kita penuh berkah dari Allah, lihat diri kita.

Dari Ubah bin Amir RA Nabi SAW bersabda:

"Apabila kalian melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kpd seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dgn maksiat, maka itu hakikatnya adlh istidraj dari Allah."

Kemudian Nabi SAW membaca firman Allah:

"Tidaklah mereka melupakan peringatan yg telah diberikan kpd mereka, Kami pun membukakan pintu2 kesenangan untuk mereka, shga apabila mereka bergembira dgn apa yg telah diberikan kpd mereka, Kami siksa mereka dgn sekonyong-konyong, maka seketika itu mereka terdiam berputus asa."
QS. Al-An'am: 44

Bila semua kesenangan yg Allah titipkan tapi justru membuat kita semakin jauh dari Allah & melupakan segala perintah2Nya bersiaplah utk menantikan konsekuensinya.ُ