Wednesday, November 04, 2015

Pertanyaan Malaikat


Sewaktu saya kecil ketika umur 6 tahun saat mengaji saya banyak dapat pelajaran tentang Agama dan yang paling menarik adalah tentang pertanyaan malaikat munkar nankir sang penjaga kubur. “Malaikat menanyakan kepada kita, barangsiapa yang bisa jawab maka dia dapat nikmat dan barangsiapa tidak bisa jawab akan dicambuk oleh malaikat” demikian guru mengaji saya mengingatkan dan membuat kami semua ketakutan. Saya sangat serius menghapal pertanyaan yang bakal ditanyakan malaikat kelak kalau sudah meninggal dan kunci jawabannya. Saya masih ingat pertanyaan dan jawaban yang diajarkan ketika saya mengaji waktu kecil :

Tanya : Man Rabbuka? Jawab : Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.

Tanya : Man Nabiyyuka? Jawab : Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku

Tanya : Ma Dinuka? Jawab : Al-Islamu dini.

Tanya : Man Imamuka? Jawab : Al-Qur’an Imami.

Tanya : Aina Qiblatuka? Jawab : Al-Ka’batu Qiblati.

Tanya : Man Ikhwanuka? Jawab : Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani.


Saya sangat serius menghapalnya, pertanyaan dan jawaban dalam bahasa Arab karena saya diajarkan bahwa malaikat nanti bertanya dalam bahasa Arab. Setelah hapal, saya benar-benar senang, akhirnya saya bisa jawab pertanyaan-pertanyaan malaikat nanti, Alhamdulillah.

Waktu berlalu, sejak kelas 4 SD, saya selalu shalat berjamaah di mesjid, saya masih ingat, di mesjid tersebut tiap selesai shalat magrib selalu ada ceramah sampai shalat Isya. Mulai senin sampai minggu, dengan materi yang berbeda-beda. Malam favorit saya adalah sabtu, karena malam itu ada kisah para Nabi, sahabat dan orang-orang shaleh. Dari ceramah yang saya dengar, ternyata untuk menjawab pertanyaan malaikat tidak cukup dengan menghapal karena nanti di alam kubur, mulut tidak lagi bisa berbicara, yang menjawabnya adalah amal perbuatan kita. Setelah mendengar penjelasan dari penceramah tersebut, saya tambah rajin beribadah sampai dengan remaja.

Saya berkesimpulan kalau memang yang menjawab nanti adalah amal perbuatan, berarti kita tidak perlu menghapal seperti yang saya lakukan ketika umur 6 tahun, fokus kepada menjaga shalat, puasa dan berbhakti kepada orang tua, berbuat baik kepada sesama pasti nanti kita bisa jawab pertanyaan malaikat.

Saya yakin anda juga mengalami pengalaman yang serupa dengan saya, awalnya kita menghapal sampai kemudian timbul kesadaran lain kerena informasi yang kita terima berbeda. Ketika saya menekuni tarekat maka pemahaman saya pun berubah, barulah saya bisa menemukan ilmiah nya, bagaimana amal perbuatan bisa menjawab pertanyaan malaikat. Guru saya cerita begini, “Yang kembali kepada Allah itu bukan jasmani tapi rohani makanya rohani manusia harus diajarkan cara menyebut nama Allah selagi masih hidup di dunia”.

“Kecerdasan akal fikiran tidak bisa diandalkan ketika berada di alam kubur, jangankan di alam kubur, ketika tidur saja manusia tidak sadar sama sekali, anak SD dengan professor ketika tidur sama-sama bodoh, kalau kita tanyakan sebuah pertanyaan pasti tidak bisa dijawab, konon lagi sesudah mati” Begitu Guru saya menjelaskan. Penjelasan itu menjadi bahan renungan saya, bahwa antara jasmani dan rohani itu benar-benar beda, pelajaran agama yang begitu banyak saya dapatkan sejak umur 6 tahun ternyata hanya menyentuh jasmana saja, tidak kepada rohani.

Guru saya melanjutkan, “Jasmani diajarkan oleh jamasni, diajarkan oleh Guru jasmani, itulah fungsi Guru agama atau ustad, mereka mengajarkan ummat tentang Islam kepada jasmani manusia, sedangkan untuk mengajarkan rohani kita tidak bisa dengan jasmani tapi harus dengan rohani, dalam hal ini rohani sekalian manusia diajarkan oleh arwahul muqadasah Rasulullah SAW yang berada dalam diri Guru Mursyid yang Kamil Mukamil Khalis Muhklisin”.

Setelah manusia diajarkan tentang pelajaran Agama Islam, maka menjadi Islam lah manusia tersebut akan tetapi rohani nya masih belum karena rohani dan jasmani itu berbeda. Pelajaran agama di sekolah, pasantren atau universitas Islam hanya bisa menyentuh jasmani manusia, ilmu agamanya tersimpan di otak dan ketika manusia meninggal dunia segala hapalan itu hilang, lenyap tanpa bekas sedikitpun.

Satu-satu nya sekolah dimuka bumi yang mengajarkan rohani manusia agar bisa berkomunikasi dengan Allah hanya Tarekat! Dibawah bimbingan Guru Mursyid yang sudah mendapat ijzah dari Rasulullah lewat jalur keguruan (silsilah), maka para murid di tarekat benar-benar bisa mencapai tahap makrifatullah.

Ketika rohani telah diajarkan tentang Islam, maka segala hal yang dianggap gaib oleh jasmani akan menjadi nyata bagi rohani kita. Allah, Malaikat, Nabi/Rasul merupakan gaib bagi jasmani akan tetapi akan menjadi nyata bagi rohani ketika rohani tersebut berada pada dimensi yang sama dengan sosok yang mau dijumpai.

Bagi orang yang masih hidup di dunia ini, siksa kubur adalah gaib atau abstrak, sedangkan bagi orang yang sudah meninggal dunia hal itu menjadi nyata atau konkrit. Bagi orang di alam kubur, dunia menjadi gaib atau abstrak bagi mereka sementara bagi kita yang masih hidup di dunia ini akan menjadi nyata atau konkrit. Allah pun sama, bagi orang yang belum diajarkan rohaninya, matahati nya masih buta maka Allah menjadi gaib, akan tetapi bagi yang sudah diajarkan rohani nya maka Alla menjadi nyata.

Banyak orang meyakini bahwa manusia hanya bisa berjumpa dengan Allah ketika manusia telah meninggal dunia dan berada di akhirat maka tidak heran kalau kita bicarakan tentang jumpa dengan Allah kebanyakan yang terbayang adalah kehidupan sesudah mati. Orang lupa akan pesan Rasulullah, “Mutu Qabla Anta Mutu” matikanlah dirimu sebelum engkau mati. Kapan kita mengalami kematian sebelum kematian, apanya yang mati? Bararti setelah kita mengalami “Mati sebelum Mati” di dunia ini maka kita akan berjumpa dengan Yang Maha Hidup.

Kembali kepada judul tulisan tentang pertanyaan malaikat, lebih menarik lagi untuk dibahas apakah semua orang ditanyakan oleh malaikat? Ataukah orang yang “terindikasi” berbahaya dan ada “tanda-tanda” tertentu saja yang ditanyakan. Seperti orang masuk kedalam Bandara, yang diperiksa oleh petugas bandara adalah orang yang ketika melewati pintu x-ray, alarm berbunyi, menandakan ada yang aneh dari orang yang lewat patut diperiksa. Dalam pandangan saya, malaikat itu jauh lebih cerdas dan lebih canggih dari petugas bandara.

Tulisan ini hanya sebuah pemikiran saya saja

0 comments: