Wednesday, November 04, 2015

MEMBUANG SIFAT ke-aku-an (ego)

Iblis itu adalah kita, kita yang bersifat keberadaan diri atau keberadaan sifat keakuan, sementara mereka yang bersifat ikhlas itu, adalah mereka yang bersifat ketiadaan diri (tidak ada diri). Bila mana sudah tidak ada sifat keberadaan diri, maka tidak ada lagi sifat keakuan.
Bilamana sifat keakuan atau sifat keberadaan diri itu sudah tidak ada, mana lagi adanya iblis, mana lagi adanya setan!Bilamana keberadaan diri telah tiada dari mana lagi datangnya godaan iblis atau setan pada diri.

Yang dikatakan iblis itu, adalah ketika adanya sifat aku atau yang masih adanya sifat keakuan (masih ada diri). Bagi mereka yang tidak sifat keakuan dan tidak ada sifat diri, mana lagi ada iblis dan mana lagi ada sifat goda menggoda!

Diri yang sudah hilang, sudah mati, dan diri yang sudah binasa, apa lagi yang bisa iblis nak goda !. Setelah semuanya telah dikembalikan kepada Allah, tidak ada apa-apa lagi yang tinggal, tersisa atau terbaki, apa lagi yang akan setan atau iblis goda ?.

Apakah bodoh sangat iblis itu, nak menggoda orang yang sudah mati. Iblis tidak sebodoh itu !. Sebenarnya iblis atau setan itu, adalah dirimu sendiri! Iblis itu, adalah diri kita yang masih ada sifat diri dan yang masih ada sifat keakuan.

Setelah tidak ada sifat keakuan, maka tidaklah adanya sifat iblis dan setan! Maka akan menyusullah sifat ingat kepada Allah. Bilamana sifat ingat kepada Allah telah mengambil tempat yang fana ', baqo', lebur dan binasalah sifat diri, dengan setan-setan dan dengan iblis-iblis itu sekali akan binasa!

Bilamana sifat ingat kepada Allah telah meleburkan sifat iblis, maka itulah yang dikatakan tingkat "IKHLAS" mana mungkin orang yang ikhlas bisa digoda setan.

Orang ikhlas itu adalah orang yang dirinya sudah mati, binasa dan hilang. Bilama diri sudah mati, hilang ghaib didalam wajah Allah, apa lagi yang bisa iblis goda!. Bila kita sudah berada didalam wilayah ikhlas (alam mengenal diri) tidak bisa lagi ada didalam diri kita sifat sombong, takabur, sombong atau congkak, semuanya Allah.

MENGEMBALIKAN HARTA ALLAH ...

Hidup kita ini hanya menumpang harta Allah, dengan itu kembalikanlah harta itu kepada Allah. Kita ini tidak ubah seumpama lembaga / patung, jika tidak didukungi, ditunjang, dipayungi dan tidak didirikan oleh nyawa / roh, siapalah kita?

Untuk melihat roh yang bersemanyam didalam tubuh kita, kita harus membinasa, melebur, melenyap dan mengembalikan terlebih dahulu sifat diri yang zahir ini kepada Allah, barulah disitu akan terlihat dan akan terpandang tuan yang empunya tubuh yaitu Roh.

Bagi yang tidak nampak diri rohani yang tersembunyi dibalik jasad, maka akan jadilah sebagaimana yang terjadi kepada iblis,

Iblis ketika disuruh sujud kepada Adam, Ia tidak nampak bahwa berdirinya Adam itu, adalah diatas dasar berdirinya roh. Yang memperkuat konstruksi jasad anggota Adam itu, adalah roh.

Diketika itu iblis tidak dapat membaca hikmah atau rahasia Allah dibalik kejadian Adam. Itu sebabnya iblis ingkar.

Yang menyebabkan iblis itu dimurkai dan disingkirkan Allah dari surganya, adalah diatas dasar sifat lupa iblis kepada roh Adam. Bahwasanya yang mendiri dan yang menguatkan diri zahir Adam itu, sebenarnya adalah roh, yang disebalik jasad Adam

KUNCI PEMBUKA HIJAB

Kunci Pembuka Hijab Ingat Kepada Allah
kunci keramat untuk membuka hijab kepada Allah adalah dengan "Tidak ingat kepada selain Allah"
kunci, tips, cara, metode atau jalan yang dapat membuka hijab zulmat hati menuju cahaya ingat kepada Allah itu, adalah dengan cara lupa kepada makhlok !

Cara untuk lupa kepada sifat makhlok itu, adalah dengan mengembalikan semua yang bersifat kepada Allah!

Inilah juga kunci pembersih hati dari bersifat kotor. Dengan cara berserah diri, diri akan menjadi bersih, setelah diri menjadi bersih ingat kepada Allah akan datang sendiri!

Melempar INGATAN kepada MAKHLUK - INGAT ALLAH semata-mata

Ingat kepada Allah itu, setelah ingatan kita tidak lagi terhenti atas sifat makhlok. Selagi ingat makhlok, ingat dunia dan ingat alam benda, selagi itulah Allah tidak akan dapat kira ingat.

Setelah putusnya ingatan kita terhadap makhlok / diri, disitulah baru wajah Allah dapat kita lihat, audio, tengok dan dapat kita ingat dengan jelas terang lagi nyata. Ingat atau dzikir kepada Allah itu, harus sebagaimana berzikirnya makhlok-makhlik lain. Ingat / zikir kepada Allah bukan saja makhlok manusia! Malahan semua makhlok berzikir dan bertasbih kepada Allah.

Tandanya makhlok lain dialam ini berzikir kepada Allah, adalah melalui sifat patuh, sifat tunduk dan sifat taatnya kepada perintah dan ketetapan yang telah Allah tetapkan.

Tanda ingat dan tanda berzikirnya makhlok alam kepada Allah itu, adalah seumpama tidak ada hujan yang terbit dari bumi kelangit. Tak ada bulan, bintang yang lari atau targelincir dari sumbu putaran galaksinya. Sifat patuh, taat, tunduk dan tunduk itulah, tanda berzikir dan ingatnya makhlok alam kepada Allah. Tanda ingatnya kita kepada Allah itu, harus juga sebagaimana ingatnya makhlok lain, yaitu dengan percaya, yakin, taat dan patuh kepada ketetapan Allah!

Berzikirnya makhlok alam kepada Allah itu, bukan dengan cara sebagaimana sebutan manusia. Berzikirnya makhlok alam itu, adalah dengan menggunakan cara atau metodenya sendiri, yaitu dengan cara pasrah, berserah dan terserah kepada Allah, atas segala ketetapan azali Allah.

Itulah cara atau metodenya berzikir, ingat dan bertasbihnya makhlok alam kepada Allah Ta'ala. Seandainya kita sebagai makhlok manusia, bisa berzikir dan bertasbih sebagaimana zikir dan tasbihnya alam semesta kepada Allah, alangkah tinggi dan mulianya posisi zikir kita disisi Allah. Sayangnya kebanyakan dari kita ingatkan / zikir Allah itu, hanya sejauh lafasan bibir yang selalu berdusta dan default.

Praktek zikir / ingat kepada Allah itu, adalah praktek yang teramat mudah dan teramat senang untuk diamalkan, tidak seperti payahnya mengamalkan amalan-amalan lain.

Sayangnya dikarenakan terlalu mudah dan terlampau senangnya metode ingat kepada Allah itu membuat kebanyakan dari kita lupa untuk mengamalkannya.

INILAH YANG DIKATAKAN HIJAB

CARA berserah diri ...

1. Sadar akan keberadaan wujud diri lahir dan batin kita.

2. Tanya dan soal kepada kesadaran itu ada siapakah itu?

3. Tentukan jawabannya ada Allah.

4. Tanda dan bukti penyerahan diterima, sudah tidak ada lagi ada selain dari Allah yang dipandang, dirasa, dinikmati.

5. Sehingga yang memandang, yang merasa yang menikmati wujud itu Allah sendiri ..
Bagi mereka-mereka yang mengenal, ingat kepada Allah itu sudah cukup tercantum, cukup lengkap, cukup terkumpul, cukup terungkap dan cukup terucap dengan hanya melihat alam.

Dengan hanya melihat dan memandang ke kejadian alam sekitar dan dengan hanya melihat kepada kejadian alam dirinya sendiri, itu sudah lebih dari ingat dan sudah lebih dari berzikir, sungguhpun ucapan zikirnya tidak terlafaz melalui bibir mulut.

Dengan hanya melihat alam baginya sudah lebih dari cukup untuk dijadikan tujuan bagi ingat kepada Allah. Wajah Allah itu sudah cukup termaktub dan sudah cukup meliputi pada wajah sekalian alam semesta. Itulah tanda terbuka hijab!

Dengan hanya melihat dalil atau dengan hanya melihat bayang (wajah kita), kita sudah dapat mengenal dan dapat mengingat tuan yang empunya bayang (tuan yang empunya wajah).

Tuan yang empunya bayang itu tidak perlu mengungkapkan dirinya sebagaimana rupa bentuk wajahnya yang asli, cukup dengan hanya memperlihat dan mengungkapkan dirinya melalui bayang wajahnya saja, sudah memadai dan sudah lebih dari cukup, bagi mereka-mereka yang mengenal Allah

Biarpun melalui bayang wajahnya, kita akan tetap dapat mengenal Allah dengan sejelas-jelas dan senyata-nyatanya,

Wajah Allah yang hakiki itu, terzahir beserta dengan wajah makhlok! Bagi yang nampak makhlok, maka nampaklah Allah! Wajah Allah itu dimana-mana. Sebagaimana firman "Barang kemana engkau menghadap, disitulah wajah Aku"

Bayang dengan empunya bayang itu sebenarnya satu (sama). Seumpama hal nafi dengan hal isbat.

Sungguhpun nafi itu bukan isbat dan tiada lain darinya! Hal nafi dengan isbat itu, tidak bisa bersatu dan juga tidak bisa berpisah. Barang siapa memisahkan antara nafi dan isbat, itulah sejahil-jahil umat Muhammad.

Seumpama samanya antara bulat air dengan bulatnya pembentong. Cobalah tuan bidik diri tuan sendiri dihadapan cermin besar.

Apakah sama tuan yang menilik dengan tuan yang ditilik !. Pernahkah wajah tuan itu, berbeda dari yang tergambar didalam cermin? atau bayangan paras tuan yang didalam cermin itu berbeda dari wajah tuan yang asli?

Jika jawabannya mendukung tidak, yakinlah dan percayalah, bahwa Allah itu sama dengan wajahNya. Sementara wajah Allah itu, itulah makhlokNya!

Ya dengan syarat kita dan selain dari Allah sudah binasa, tidak ada, lenyap (fanafillah diganti dengan baqo'billah) Jika masih merasa ada kita dan selain dari Allah itu baru berada pada tingkat ilmu ...
Jika kita berhenti pada melihat makhlok, pandangan ke Allah akan terlepas.

Sementara jika kita berhenti pada melihat Allah, akan dibatalkan, dihapus dan terbinasalah pula pandangan terhadap makhlok. Pilihlah mana satu pandangan yang menjadi pilihan kita.

0 comments: