Friday, August 21, 2015

BEKAL SURGA

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi... mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yg hrs kulakukan utk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, 
kusebut itu sebagai musibah...,
Kusebut itu sebagai ujian..., 
Kusebut itu sebagai petaka...,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja utk melukiskan kalau itu adalah derita....
Ketika aku berdoa, 
kuminta titipan yg cocok dg hawa nafsuku...,
Aku ingin lbh banyak harta..., 
Ingin lbh banyak mobil...,
lbh banyak popularitas 
dan kutolak sakit, 
kutolak kemiskinan...,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih-Nya hrs berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, 
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih,
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yg tak sesuai keinginanku.
Gusti..., 
padahal tiap hari kuucapkan, hdp dan matiku hanya utk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya di atas tempat tidur Rumah Sakit.

0 comments: